Mohon tunggu...
Humaniora

Penyerangan Terjadi "Lagi"? Jangan Mudah Terprovokasi

14 Februari 2018   23:31 Diperbarui: 14 Februari 2018   23:37 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Minggu, 11 Februari 2018 Yogyakarta digemparkan dengan peristiwa penyerangan oleh seorang Mahasiswa yang membawa pedang panjang dan tajam di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta.

Kejadian tersebut menyebabkan sekitar sepuluh umat yang sedang melakukan misa terluka, termasuk dan menyebabkan luka yang cukup parah pada Romo yang sedang memimpin misa pada pagi itu atau biasa dipanggil Romo Prier. Segera Romo Prier dilarikan ke Rumah Sakit terdekat untuk menjalani operasi. Pelaku penyerangan juga memenggal kepala patung Bunda Maria dan patung Tuhan Yesus dengan menghunuskan pedangnya yang panjang dan tajam tersebut.

Jaringan Terorisme

Setelah diusut oleh pihak kepolisian ditemukan bukti berupa ID Card yang menyatakan bahwa pelaku masih berstatus sebagai mahasiswa. Sungguh ironis dan mencoreng status mahasiswa, karena mahasiswa adalah seorang yang terdidik, memiliki pikiran kritis dan terbuka. Selain itu, ditemukan fakta lainnya bahwa pelaku yang bernama Suliono ini terindikasi masuk dalam  jaringan terorisme.

Dikatakan terindikasi masuk dalam jaringan terorisme dikarenakan ditemukannya bukti bahwa pelaku sempat mengajukan pembuatan paspor ke Suriah sebanyak tiga kali dan pernah tinggal di beberapa tempat yang bisa dikatakan merupakan "sarang" teroris di Indonesia, yaitu Poso, Sulawesi Tengah, dan Magelang. Pihak kepolisian yang masih menyelidiki kasus ini pun berpendapat, bahwa pelaku yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur ini terkena paham radikal pro kekerasan yang mempengaruhinya untuk menyerang orang lain.

Memecah Kesatuan dan Persatuan

Peristiwa penyerangan Gereja Santa Lidwina ini tentunya bisa menjadi salah satu contoh bahwa masih ada pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini dimulai "lagi" dengan adanya penyerangan antar umat beragama yang merupakan isu paling sensitif di Indonesia. Apalagi bukti yang ditemukan menyatakan bahwa Suliono adalah seorang yang beragama Muslim dan pernah belajar di Pondok Pesantren yang terindikasi masuk dalam jaringan terorisme. Hal ini membuat masyarakat yang memiliki perspektif "dangkal" mengira bahwa ini adalah sesuatu yang disengaja oleh umat Muslim.

Perspektif "dangkal" dan cenderung menggeneralisasi, bisa saja menimbulkan konflik perpecahan yang diharapkan oleh pelaku dan aktor dibalik perisitwa penyerangan umat Katolik yang sedang misa pada pagi itu. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengidentifikasi suatu kejadian dan jangan mudah terprovokasi agar kesatuan dan persatuan Indonesia tidak terpecah hanya karena dipancing oleh isu agama.

Menjaga Indonesia Tetap Utuh

Hal ini juga diaminkan oleh ketua pengurus Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Memang Juventus Prima Yoris Kago tidak membenarkan kejadian tersebut, karena menurutnya kejadian tersebut sudah merebut hak dan kebebasan beribadah umat beragama. Dan dengan tidak pantasnya pelaku menghunuskan pedang kepada para umat yang sedang melakukan misa pada pagi hari itu.

Sebagai rakyat Indonesia dan umat beragama, sudah seharusnya kita turut serta untuk terus menyuarakan persatuan dan kerukunan antar umat beragama agar masyarakat Indonesia tidak mudah terprovokasi dengan peristiwa penyerangan tersebut. Selain itu, sebagai pemuda Indonesia yang masih berstatus sebagai mahasiswa sudah seharusnya mau ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan terbebas dari berbagai macam isu suku, ras, budaya, dan agama. Jangan biarkan perbedaan memecah belah persatuan yang sudah dibangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun