Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memberi Sedikit Ruang pada Rasa Benci

26 Februari 2021   08:09 Diperbarui: 26 Februari 2021   18:16 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Moment to Remember (Ilustrasi: asiawiki.com)

"Memaafkan adalah memberi sedikit ruang pada rasa benci"

Itu kutipan dari sebuah film Korea yang bejudul, "A Moment to Remember". Kutipan itulah yang membuatku menonton film tersebut sampai usai. Padahal sebenarnya aku sangat membenci semua yang berbau Korea.

Alasanku sangat membenci semua yang berbau Korea sebenarnya sangat sederhana, yaitu sepak bola.

Perhelatan piala dunia 2002, Korea mengalahkan kesebelasan kesayanganku, Italia dengan cara yang sangat kotor. Laga Korea vs Italia tersebut adalah laga sepak bola paling kotor sepanjang sejarah piala dunia.

Itulah sebab aku sangat benci semua yang berbau Korea. Semuanya, mulai dari gadget buatan Korea, peralatan elektronik buatan Korea aku tidak mau gunakan, dan K-Pop sampai drama/film Korea, aku tidak mau lihat. Tapi kutipan itu, menghapus semua rasa benciku terhadap Korea.

Seperti pepatah lama, "Kehormatan hanya bisa didapatkan kembali di tempat ia kehilangan kehormatannya", begitu pula dengan kebencian. Kebencian hanya bisa dihilangkan 'di tempat' ia mendapatkan kebenciannya.

Karena Korea aku jadi sangat membenci Korea, karena Korea pula rasa benciku terhadap Korea hilang dengan mudahnya. Cobalah untuk memberi sedikit ruang pada rasa benci, untuk menghilangkan rasa benci itu sendiri.

Sebenarnya aku ingin menuliskan artikel ini di Kompasiana pada tahun 2013 lalu, sesaat setelah menonton film tersebut.

Tapi pada saat itu, timnas Indonesia U-19 sedang bagus-bagusnya dan akhirnya menjadi juara ASEAN. Di tambah lagi, Rafael Nadal yang sedang berjuang bangkit dari cedera panjang dan akhirnya kembali menjadi petenis no 1 dunia di akhir musim 2013, membuatku mengurungkan niat untuk menulis artikel ini.

Baru sekarang aku sempat menuliskan artikel ini. Untungnya semua yang sudah aku tulis di kepala tentang artikel ini tidak hilang. Meskipun sudah 8 tahun mengendap di kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun