Ole Gunnar Solskjaer yang sukses menyapu bersih 5 laga pertamanya sebagai pelatih Manchester United, di pekan ke-22 ini mendapat ujian yang sesungguhnya dengan menghadapi tim peringkat 3, Tottenham Hotspur.
Dalam laga yang berlangsung di stadion Wembley ini, Solskjaer tidak hanya dituntut menang untuk membawa MU mendekati papan atas klasemen, tapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari Mauricio Pochettino yang disebut-sebut akan menjadi pelatih MU di musim depan.
Menghadapi formasi 4-1-2-1-2 yang merupakan formasi andalan Spurs, Solskjaer bermain menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan Marcus Rashford sebagai ujung tombak yang diapit oleh dua winger Martial dan Lingard. Paul Pogba yang menjadi motor lini tengah, bediri tepat di belakang Rashford. Matic dan Herrera dipasangkan untuk menjaga kedalaman lini tengah Setan Merah. David de Gea masih menjadi yang terbaik di bawah mistar MU yang di-cover oleh Jones dan Lindelof. Ashley Young berdiri di sisi kanan pertahanan MU dan Luke Shaw di kiri.
Pasukan Pochettino bermain lebih dominan di awal babak pertama, tak kurang dari 70% The Lilly Whites menguasai bola. Terlihat jelas lini tengah Spur bermain lebih tangguh daripada United. Hasilnya, tim tuan rumah hampir saja membuka skor pada menit 8 andai tendangan Harry Winks setelah mendapat umpan matang Son Heung-Min tidak menyamping disisi kiri gawang De Gea.
United baru bisa menemukan ritme permainan setelah menit ke-15. Sedikit-sedikit MU mampu memperbaiki persentase penguasaan bola dan menciptakan beberapa peluang melalui kaki Martial dan Rashford yang cukup merepotkan Hugo Lloris. Namun keadaan ini tidak berlansung lama. Tottenham Hotspur kembali menguasai permainan di menit 20an.
Menyadari hal tersebut, Solskjaer mengintruksikan Pogba bermain agak kebelakang bersama Matic dan Herrera untuk menjaga kedalaman lini tengah United yang terus digempur oleh tuan rumah. Sedangkan Martial diduetkan dengan Rashford di depan, Lingard ditempatkan sebagai penyerang lubang.
Kane sempat membuat gemuruh seisi Wembley dengan golnya di menit 30, namun gol tersebut dianulir oleh wasit karena Kane lebih dulu berdiri di posisi offside.
Perubahan yang dilakukan Solskjaer terbukti efektif. Meski terus menguasai jalannya pertandingan namun Spurs tak mampu menembus ke jantung pertahanan lawan. Bahkan semua peluang yang mereka ciptakan di babak pertama tak satupun yang mengarah tepat ke gawang.
Sebaliknya, MU justru mampu memecah konsentrasi para pemain Tottenham. Barisan belakang Spurs sering dibuat kerepotan oleh pemain MU yang hanya bermodalkan umpan panjang dan kecepatan Martial, Lingard, dan Rashford. Puncaknya terjadi di menit ke-44, umpan panjang Pogba dari area pertahanan sendiri mampu dikejar oleh Rashford yang berlari sangat cepat sebelum melepaskan tendangan keras yang tak mampu dihalau oleh Hugo Lloris. Meski kalah penguasaan bola, United menutup paruh petama dengan keunggulan 1-0.
Di awal babak kedua tidak banyak perubahan yang terjadi. Pertandingan masih bejalan seperti babak pertama, Spurs terus menekan dan MU berjuang sekuat tenaga agar tidak kebobolan.
Seiring berjalannya waktu, Spurs yang terus meningkatkan intensitas serangan semakin tampil luar biasa dan berhasil menemukan celah memasuki jantung pertahanan MU. Dalam kondisi ini De Gea menunjukkan kelasnya sebagai salah satu kiper terbaik dunia saat ini. Penampilan gemilangnya dibawah mistar gawang United membuat para pemain Spurs bekerja keras memutar otak untuk menaklukkannya.Â
