Mohon tunggu...
meuti bulan
meuti bulan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis dan Freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mari Bercerita Biar "Ga Gila"

25 Maret 2021   14:11 Diperbarui: 25 Maret 2021   14:14 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemateri; M.Hilmi Faiq (wakil editor kompas)-dokpri

Sabtu, 19 Maret 2021, sebuah webinar menarik tentang dunia tulis menulis, yang merupakan program dari Kompas Muda, yang  diasuh oleh Desk Komunitas Harian Kompas.  Dengan mengambil tema Webinar Kelas Muda, Mengenal Dunia Kepenulisan Cerpen, Acara ini mengambil judul yang mengigit dan pas dengan situasi pandemic. Mari Bercerita Biar Ga Gila, sebuah judul yang menggiring persepsi awal kita pada sebuah penilaian, yaitu bercerita bisa menjadi sebuah salah satu alternatif yang bisa dipergunakan dalam menghadapi tekanan yang muncul akibat situasi yang serba tidak menentu ini.

Dua pemateri yang handal dan ahli di bidang tulis menulis, menjadi focus utama dalam Webinar tersebut. Yang menarik bagi saya, adalah materi yang dibawakan oleh sahabat sekaligus guru  saya yaitu,  M.Hilmi Faiq, pada kesempatan berharga ini, Faiq, demikian saya memanggilnya, mengeluarkan harta karun berharganya tentang dunia tulis menulis. Pria asal Lamongan ini berbagi, jika, menulis bisa menjadi sebuah terapi bagi diri kita.

Faiq berhasil mengantarkan kita pada sebuah pemahaman sederhana tentang manusia, diawali dari mengenalkan kita terlebih dahulu, pada teori bapak psikologi dunia, yaitu Sigmund Freud dengan teori psikoanalis. Pada teori Psikoanalisis, disebutkan bahwa,manusia memiliki DEM (Defense Ego Mechanism), dimana menurut Freud, sekalipun mekanisme pertahanan diri ini normal dan digunakan secara universal, namun, apabila dipergunakan secara ekstrem,maka, mekanisme -mekanisme ini akan mengarah pada perilaku yang kompulsif, repetitive, juga neurotis. 

Oleh karena kita perlu mencurahkan energi psikis untuk menyusun dan mempertahankan mekanisme-mekanisme pertahanan, maka, semakin defensive kita, semakin berkurang energi psikis yang tersisa pada kita untuk memuaskan dorongan-dorongan id. Sudah tentu,inilah mengapa ego membangun mekanisme pertahanan diri, agar, kita tidak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif secara langsung dan untuk mempertahankan diri sendiri dari kecemasan yang mengikuti dorongan-dorongan tersebut,( Freud,1926/1959a) secara sederhana, Defense ego mechanism, bisa diartikan sebagai bentuk pertahanan diri seseorang dari stressor yang ada di sekitarnya. Bentuk DEM sendiri ada banyak, namun, yang dekat dengan orang kebanyakan adalah berupa Penyangkalan (denial), Represi, Proyeksi, dan,Rasionalisasi.

Pada materi yang dijabarkan oleh Faiq, jika, kita mengalami hambatan dalam DEM tersebut,maka, yang akan terjadi Misbelief, a wrong or false belief or opinion (kesalahan dalam memahami diri atau masalah). Yang artinya, adanya persepsi yang salah tentang diri kita dan juga memahami masalah yang terjadi. Menurut Faiq, menulis bisa menjadi salah satu sarana terapeutik untuk diri sendiri. Sebab, ketika menulis kita bisa belajar jujur terhadap diri kita sendiri. Write Yourself; Writing for Therapy or Personal Development  (Kate Thompson), menuliskan jika;

-Some do know what troubles them,but have difficulty sharing it helpfully, or have more significant symptoms. (Beberapa dari mereka tahu apa masalah mereka tetapi mempunyai kesulitan untuk saling membantu atau mempunyai gejala-gejala yang signifikan).

-The biggest problems are the most difficult to express;conversely some need to express repetitively, yet friends and relatives can only listen so much, and psychotherapeutic time is limited and costly. (Kesulitan untuk mengekspresikan adalah masalah terbesar, sebaliknya beberapa dari mereka mampu untuk mengekspresikannya secara berulangkali. Baik, teman maupun relasi hanya bisa banyak mendengar kan saja. Sementara untuk terapi psikologis, mempunyai waktu yang terbatas dan berbiaya mahal).

Dari pengertian diatas kita memperoleh sebuah gambaran jika, tidak setiap individu mampu mengekspresikan perasaan dan dirinya,dengan baik, Ada yang mampu melakukannya dan ada ada yang tidak mampu. Dan, jika ketidakmampuan itu tidak bisa tertangani dengan baik, maka bisa menjadi masalah bagi individu tersebut. Sementara, jika meminta bantuan pada teman, maka, yang bisa dilakukan oleh teman maupun relasi biasanya, hanya sebatas mendengar. Dan, jika ingin melakukan terapi psikologi (kalau masalah sudah berat), biaya yang dibutuhkan pun tidak murah dan memiliki waktu yang terbatas.

Menulis, bisa menjadi sebuah sarana untuk mengekspresikan diri dan perasaan kita. Tidak harus dalam bentuk cerpen, namun, bisa dalam bentuk puisi; The British Journal Of Medical Psychology suggest that 'the poetic function of languange is less impaired than other function' in certain psychotic individuals.( Adam Thorpe,2007), maksudnya adalah, meskipun kadang puisi hasil tulisan seseorang dengan gangguan jiwa itu susah dimengerti atau 'ganggu' pembaca, namun, masih jauh lebih menganggu gejala psikotis itu sendiri, secara sederhana, kita bisa memahami bahwa, menulis puisi bisa mengurangi gejala psikotis .

Faiq memberi 2 contoh nyata,  para penulis yang mengalami kesulitan dan beban dalam hidup, yang akhirnya, bisa menjadi lebih kuat dan berdaya,setelah mereka mengurai apa yang dirasa, dan di pikirkan melalui tulisan.  Tokoh pertama yang dibahas adalah J.K. Rowling, beban mental yang dialami oleh J.K. Rowling, dimulai ketika dia memutuskan untuk menikah dengan seorang jurnalis asal Portugis, yang bernama Jorge Arantes, perjalanan pernikahan J.K. Rowling tidak seindah kisah negeri dongeng, Bahkan, karena pernikahan yang bermasalah, J.K. Rowling mengalami depresi. Akhirnya, J.K Rowling, memutuskan untuk bercerai, ketika bercerai kehidupannya pun masih tidak berjalan dengan baik, sebab, dia masih mengalami kesulitan untuk membiayai hidup dan anaknya yang saat itu, masih kecil. Akibat tekanan yang bertubi-tubi, J.K Rowling, menjadi depresi dan sempat memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Situasi berubah ketika J.K. Rowling menemui psikiater dan memutuskan untuk menulis. Harry Potter adalah sebuah kisah epic yang ditulis oleh J.K.Rowling, beberapa tokoh yang ditulis oleh J.K Rowling merupakan penggambaran dirinya yang saat itu sedang bermasalah. Tujuan, J.K. Rowling menulis Harry Potter adalah untuk mengurai beban mental pada dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun