Mohon tunggu...
Meutia Santika
Meutia Santika Mohon Tunggu... -

Workaholicgirl.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peluang Aher untuk Calon Presiden

4 Desember 2013   15:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:19 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia tengah bersiap memilih pemimpin baru 2014 mendatang. Wajah-wajah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pun mulai bermunculan. Sebut saja, Joko Widodo, Rhoma Irama, Aburizal Bakrie, Wiranto, Hary Tanoesudibyo, Mahfud MD, Prabowo Subianto,  Dahlan Iskan, Gita Wiryawan dan lainnya.

Ditengah hangatnya nama calon pemimpin diatas, muncul sosok dari tanah sunda, Ahmad Heryawan yang digadang-gadang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi kandidat Capres 2014. Seperti diketahui, DPW  PKS Jawa Barat mengantongi dua nama calon presiden yang akan berlaga di Pemilu 2014 mendatang. Kedua nama itu adalah Presiden PKS Anis Matta dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Dukungan dan penolakan pun mulai menghujani.

Pengamat Politik, Muradi memaparkan ada lima hal pertama yang perlu disoroti terhadap para capres-cawapres 2014. Pertama, Bargaining Position artinya PKS ingin memiliki kontribusi  di hajatan demokrasi nanti. Dia melihat partai ini memiliki daya tawar yang baik. Kedua, menyangkut soal Figur. “Karena Aher (Ahmad Heryawan-red) dari partai dakwah, figur itu tidak terlalu muncul, kalaupun muncul  akan cenderung berposisi pada situasi yang lebih terbatas kepada lingkungan yang ada.” Paparnya.

Ketiga, Elektabilitas. Ketika PKS berani mencalonkan artinya memang memiliki hitungan sekitar 20-25% suara.  Jika melihat hasil survei, partai ini berada pada posisi yang relatif tidak cukup baik. “Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), berada di titik rendah.” tambahnya

Keempat, Jejaring Dukungan. Muradi mengungkapkan jika Aher maju untuk Capres, maka harus menanggalkan dua posisi, diantaranya posisi keetnikan. “Dia harus muncul sebagai tokoh nasionalis bukan dari Jabar apalagi dari partai yang punya lebel keagamaan,” Ungkapnya kepada PRFM.  Terakhir, Koalisi dan Vaksionasi. “Partai islam itu akan punya lingkup sendiri, akan mengulangi model koalisi, dimana mereka bergabung dengan partai lainnya.” Artinya, situasi PKS saat ini lebih mendorong ke situasi positif dibanding mereka mengusung tokoh yang memiliki dukungan lebih.

Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi-PD, Irfan Suryanagara berpendapat, sah sah saja jika berdasarkan kacamata PKS. Dirinya memandang wajar jika PKS mengusung Aher sebagai Capres 2014. Secara jujur, diakui Irfan, Aher merupakan pemimpin yang fenomenal, mampu membangkitkan kembali provinsi Jabar. Bahkan pemerintah pusat memberikan 100 lebih penghargaan kepada Pemprov Jabar. Dalam kinerjanya, Irfan menilai pencapaian Aher sudah ada namun masih harus dimaksimalkan.

Jumlah pemilih di provinsi Jawa Barat termasuk angka paling besar di Indonesia. Berkaca pada Pilgub lalu, tercatat sekitar 30 juta lebih pemilih. Apakah dukungan Aher nanti akan sama dengan di Jabar?. Aher, kata Muradi, saat ini sedang berkuasa dengan adanya instrumen kuat untuk membangun kampanye, uang, jabatan, akses politik, dsb. Meski begitu, syarat menjadi capres adalah kandidat diusung oleh Parpol yang memiliki 20% kursi di parlemen dan 25% populasi. “Jika tidak terpenuhi, maka yang muncul hanya wacana belaka.” tandasnya

Seharusnya Aher melakukan uji elektabilitas terlebih dahulu sebelum mencalonkan diri. Harus dipikirkan ulang, jangan sampai menelantarkan Provinsi Jabar sebagai domain awal. Jika pengusungan ini dipaksakan, ke depan hanya akan menjadi penggembira belaka serta merupakan langkah Bargaining Politic yang mengantarkan PKS muncul dalam bursa capres 2014, namun akhirnya mengusung tokoh lain.

“Aher ini sedang Ge-er politik. Kenapa tidak menunggu 5 sampai 10 tahun yang akan datang untuk mengambil posisi berikutnya dengan bekal posisi dia sukses di Jabar, ini akan elegan, ketimbang memaksakan suara dia tidak ada disurvei. Memimpin sekarang atau nanti Hal terpenting adalah bagaimana membangun paradigmatik publik.” tegas Muradi

*tulisan ini sudah dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat edisi 3 Desember 2013 Hal 29

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun