Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semangat Menyatukan Keping-Keping Kebahagiaan, Spritualitas Ki Juru

2 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   05:45 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hushhhh, kamu itu ya. Kamu harus bisa berkata positif, kita harus cerdas, bukan licik. Itu dua hal yang nampak sama nyata-nyata beda, hahahahhaha," Wajah Ki Juru bersinar penuh kebanggaan atas kemenangan demi kemenangan yang pernah diraih pada jaman perang Mataram. "Pembelajaran yang benar itu utuh, anakku. Tidak harus banyak, tetapi genap, tidak harus mewah, tapi cukup. Demikian juga dengan peperangan, semua membutuhkan strategi, dan strategi yang utuh dengan melihat segala kemungkinan adalah sebuah awal dari kemenangan. Kejelian bukan hanya dengan mata, tetapi juga dengan batin. Tenaga juga bukan hanya dengan okol, tetapi juga akal dan rasa. Sebuah satu kesatuan kehidupan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kehidupan ini, terdiri dari dunia lahir dan batin, maka kita juga harus melakukan dua hal secara bersamaan. Belajar tentang dunia lahir dan tentang dunia batin, mencukupi kebutuhan lahir dan batin, semuanya sebaiknya berjalan dengan seimbang." Ki Juru menoleh cepat kepadaku, "Dan sekarang katakan, di bagian mananya, di bagian kehidupanmu yang tidak terpenuhi secara melimpah ruah? Hayo berani tidak kamu mengatakan kepada semesta bahwa kamu tidak tercukupi, hayo kamu berani mengatakan kurang? Hahahahaa, sekarang kamu moooodyaaar, kapoookmu kapan? Sokur.... mesti kamu mak klakep ra iso ngomong!"

Aku tertawa bersama dengan Ki Juru. Iya, dalam seminggu, setetelah kedatangan Bapakku, aku menyadari banyak hal. Bahwa memang aku tidak menerima secara utuh atas hal-hal yang menjadi keinginanku, tetapi kehidupan ini memberikan kepadaku dengan keping-keping yang terpisah antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.  Dan aku menemukan beberapa hal dengan sangat sempurna saat semua keping itu disatukan.

Aku menemukan kebahagiaan, saat aku menyatukan keping demi keping kebahagiaan yang berserakan itu aku satukan. Saat membaca kelulusan sekolah anakku, setelah mengalami sakit selama 6 bulan. Aku tetap bisa memenuhi kebutuhanku di saat aku benar-benar sulit, saat aku bisa menemukan tempat tinggal baru, di saat aku tersiksa di tempat tinggal yang lama. Bahkan saat aku butuh waktu untuk merawat diriku dan anakku, Tuhan memberikan aku waktu untuk tinggal di bisa bekerja di rumah dalam waktu yang sangat lama. Banyak hal, sangat banyak. Dan saat keping itu disatukan, sungguh itu membentuk sebuah bounded yang luar biasa, membuatku tidak mampu berhenti untuk mengagumi akan keajaiban kehidupanku sendiri. Saat anakku harus melanjutkan kuliah, aku bertemu dengan seseorang yang mampu menjungkirbalikkan kehidupanku. Walaupun demikian, akhirnya, anakku bisa dengan mantap menemukan arah langkah kehidupan ke depannya, tanpa ragu sama sekali.

Keping-keping itu bisa dianalogikan saat kita belajar pengetahuan, bahwa ilmu-ilmu itu diberikan sebagian demi bagian, di waktu yang berbeda-beda. Tetapi jika semua ilmu itu disatukan dan dirangkai dalam otak manusia, maka akan menjadi satu rangkaian besar yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Satu jenis ilmu. Demikian juga kejadian demi kejadian dalam kehidupan.

Saat kemarin, mungkin saja aku hanya menyatukan keping demi keping kesedihan, keping demi keping kesengsaraan yang memang selalu terjadi dalam kehidupanmu. Keping-keping kegagalan, dan kelelahan demi kelelahan yang aku alami. Seandainya aku menyadari dari awal bahwa keping-keping kehidupan yang baik akan  selalu terjadi bersamaan dengan keping-keping kehidupan dari  sisi kebalikannya. Bahwa banyak kesedihan akan banyak kebahagiaan, banyak lelah, akan banyak pencapaian, banyak tangis, akan banyak tawa. Jika kita bisa melihat kedua sisinya dengan sama seimbangnya.

Dan waktu itu aku begitu bodohnya, hanya menyatukan keping-keping air mata dan kegagalan dalam hidupku. Wajar saja jika aku selalu tenggelam dalam kesedihan dan air mata, wajar saja jika aku merasa lelah dan putus asa.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum, begitu bodohnya aku, begitu terbutakan kehidupanku hanya oleh air mata sehingga menutupi banyak hal keindahan yang terjadi dalam hidupku. Melupakan banyak hal keajaiban demi keajaiban yang bisa kulakukan, menjalani kehidupan jauh dari dokter dan obat walaupun selalu sakit, kemudahan pergi kemana saja tanpa banyak mengeluarkan biaya, bisa bertemu dan bicara dengan bebas dengan pimpinan-pimpinan yang dianggap penting, dunia tanpa batas, waktu tanpa malam, dan dunia tanpa kegelapan. Bagian mana yang harus aku ingkari.

"Anakku, begitulah namanya jatah, rejeki, rahmat. Mungkin baru sekarang engkau diberi waktu dan kesempatan untuk memahami semuanya. Semua kembali kepada waktunya, jika memang belum waktunya, maka semuanya belum akan diberikan. Tetapi saat semua yang kau inginkan belum diberikan, maka engkau harus tetap beriktiar di jalan-Nya agar engkau diberi jalan untuk sampai dan kuat pada hal yang ingin kau lakukan."


"Dan anakku yang sangat cuengeng dan cupet atine ini, sekarang kamu sudah bisa kembali memulai kembali masuk dalam kepingan perjalanan batin selanjutnya, dengan semangat baru, dengan cara pandang baru dalam mensikapi kehidupan. Belajarlah untuk selalu utuh, dan berhati-hati dalam melihat kepingan demi kepingan kehidupanmu. Banyak hal yang menunggumu untuk berjalan, banyak hal yang masih harus kamu lakukan, termasuk di dalamnya adalah tugas menuliskan perjalanan kehidupanmu untuk anak turunmu, sebagai pembelajaran kehidupan bagi yang lainnya. Jika hal ini belum kau lakukan, walaupun hidupmu sangat sengsara dan bisa dibilang hampir beberapa kali  berada di ujung kematian, tetapi jangan pernah berharap bahwa engkau akan bisa mati dengan cepat," Ki Juru menutup pembicaraan sambil tersenyum bangga menatapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun