Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semangat Menyatukan Keping-Keping Kebahagiaan, Spritualitas Ki Juru

2 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   05:45 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesaat sebelum pagebluk ini terjadi, Aku sakit sesak nafas, kepalaku sering sakit tanpa diduga. Demikian juga anakku yang bungsu. Jumlah darah di dalam tubuhnya sangat kurang, tetapi kita tidak bisa melakukan tindakan medis apapun mengingat akibat tindakan medis sebelumnya dia sempat kritis yang hampir membuat kehilangan nyawanya. Saat ini yang bisa kami lakukan hanya berusaha dan beristirahat di rumah. Dan pagebluk ini, bagi kami, sekali lagi bagi kami adalah anugerah yang tidak terkira. Di saat kami butuh waktu untuk mengembalikan kondisi kesehatan kami, di saat aku butuh waktu untuk mempelajari bagaimana aku menyembuhkan diriku sendiri dan tentu saja memulihkan kesehatan anakku.

Tetapi, manusia tetaplah manusia. Aku tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, seringkali terlena dengan keasyikan membaca hal-hal tidak jelas, sibuk dengan kesenangan diri sendiri, daripada memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar dan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Dua bulan, dan semuanya seperti menjadi tidak banyak artinya, kecuali aku dan anak-anakku lebih sehat. Aku baru bisa menyesuaikan kembali dalam seminggu terakhir, saat almarhum Bapak kandungku datang dan mendorong aku untuk bangkit, setiap malam datang mengatakan, bahwa aku harus bergerak dan bangun, kasihan tubuhku sendiri, dan kasihan juga dengan kehidupan anak-anak jika mereka harus mati. Mati karena aku tidak bisa menjaga tubuhku sendiri. Aku berusaha bangun, aku berusaha bergerak, aku berusaha kuat. Dan dalam seminggu ini, ritme hidupku perlahan mulai kembali, walaupun bisa dikatakan masih jauh dari normal, setidaknya aku menemukan hal positif dan menemukan kembali keping-keping semangat untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik.

"Jadi, kamu sudah paham, bahwa kamu benar-bena telah menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh semesta kepadamu. Bukankah engkau pernah meminta waktu, agar engkau bisa fokus pada semesta, pada hal yang ingin kau pelajari tentang kehidupan yang melingkupimu. Dan semesta telah memberikan apa yang kau inginkan, tetapi engkau melewatkannya begitu saja?"

"Bisa dikatakan iya, walaupu tidak seluruhnya demikian. Karena tetap ada beberapa hal yang saya palajari tentang sebuah sikap, tentang sumber penyakit saya dan anak saya, hanya bersumber pada situasi syaraf belakang, di cethik,  yang membuat hidup kami jungkir balik. Sebuah penyakit yang sumber utamanya adalah sikap kami yang selalu pecicilan."

"Apalagi yang kau peroleh dalam beberapa waktu ini, bisakah kamu menjelaskan kepada kami?" Suara Ki Juru benar-benar telah melunak. Kemarahannya telah reda, sikapnya telah kembali sebagai sesepuh yang penuh kesabaran, penuh kasih sayang untuk menemaniku berjalan dalam mempelajari kehidupan.

Mataku memandang jauh ke alam semesta batin yang memang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, dunia yang menjadi tempat kehidupan mahluk-mahluk dengan beraneka ragam bentuknya, mahluk-mahluk yang menjadi sumber dari watak kehidupan manusia, mahluk-mahluk yang bisa menentukan takdir kehidupan manusia. Di dunia itu, adalah sebuah dunia yang bisa menjelaskan dengan gamblang apa yang tertulis di dalam kitan-kitab suci agama di dunia ini. Aliran-aliran agama dan sekular, aliran kepercayaan, adat istiadat yang banyak memuat nilai-nilai, pengetahuan dan filosofi yang tidak bisa diterima dengan akal sehat dapat kita temukan di sini.

Banyak bidang ilmu, untuk mempelajari begitu banyak hal yang ada di jagad lahir manusia. Dan semua ilmu yang ada masih saja belum bisa menjawab banyak hal yang ada. Keterkaitan satu dengan yang lainnya menjadi terputuskan. Dalam sebuah rangkaian pemahaman spiritual, ada sebuah rangkaian demi rangkaian di antara semua bidang ilmu itu. Semua ilmu itu tidak bisa berdiri sendiri, karena semua hal itu sesungguhnya saling berkaitan.

Demikian juga dengan dunia batin. Kompleksitas, ragam kehidupan, ragam kejadian yang ada di sana juga sama halnya dengan kejadian yang ada di dunia lahir. Dalam waktu senggang ini, aku menikmati betapa damainya kehidupan batin saat manusia-manusia tenggelam dalam kesunyian, saat manusia dipenjara di rumah atas nama penyakit. Sekilas, aku bisa mengelompokkan mahluk-mahluk itu dari keinginan-keinginan yang timbul pada manusia, sampai bagaimana cara mereka bergerak dari waktu ke waktu, bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan secara keseluruhan. Semua masih sangat sekilas.

Manusia boleh saja berkuasa akan dunia ini, tetapi jika semesta kehidupan menghendaki, maka apalah daya manusia. Semua tidak mampu bergerak, dan hanya diam tak berdaya.

Astaga. Oh, aku menyadari satu hal yang tidak bisa aku duga. Ternyata oh ternyata, bisa jadi mungkin saja, bisa iya bisa bukan. Pada saat yang sekarang ini, jika saja memungkinkan, jika saja ditakdirkan, jika saja jalan kehidupan menghendaki, maka kemampuan kekuatan batin, akan bisa mengendalikan kehidupan. Walaupun tidak akan seperti Nabi Musa, tetapi sangat mungkin untuk menjadi seperti Gajah Mada, atau menjadi seperti seorang Ronggo Warsito yang bisa bekerja sama dengan pasukan batin untuk melakukan banyak hal di dunia ini.

"Atau seperti Panembahan Senopati, atau seperti kamu Ki Juru dalam memenangkan peperangan, licik," Aku tersenyum, menjebak Ki Juru dengan tuduhanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun