Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-orang Kalah

7 Desember 2021   22:42 Diperbarui: 7 Desember 2021   22:46 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang kalah yang menangis di sudut malam, mengadu pada rembulan, pada bintang-bintang dan pada yang ada di atas sana.

Mereka yang telah terbiasa berkelahi dengan rasa lapar yang menggigit sendiri setiap ruas tulang di tubuhnya.

Mereka yang telah terbiasa berkelahi dengan rasa haus yang menghirup sendiri setiap tetes darah di urat nadinya.

Mereka yang telah terbiasa mengangkat cawan yang berisi angin dan mangkuk kosong yang telah lama dikutuk.

Mereka yang telah terbiasa memakan sekerat roti yang terbuat dari angan-angan, dan meminum seteguk anggur yang terbuat dari air liur.

Mereka yang telah ditinggalkan oleh waktu, yang roda-rodanya menggilas setiap keinginan mereka hingga menjadi airmata.

Mereka orang-orang yang terpinggirkan, yang dijadikan simbol kemalasan, dan yang disamakan dengan debu.

Namun ingatlah, di lidah mereka ada doa yang mustajab, yang lebih bertuah daripada pedang excalibur untuk memotong segala macam kesombongan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun