Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Saatnya Piala Thomas Kembali ke Tanah Air

17 Oktober 2021   16:49 Diperbarui: 17 Oktober 2021   16:57 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: twitter @ bwf.official

Akhirnya laga final Thomas Cup 2020 (Thomas Cup 2021) mempertemukan dua negara penguasa piala Thoma. Duel klasik antara Indonesia vs China akan tersaji di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Minggu (17/10) malam ini. 

Indonesia dan China merupakan pengoleksi gelar terbanyak di ajang Piala Thomas. Tim Merah Putih sudah memiliki 13 trofi Thomas Cup, sementara China meraih 10 gelar.

Namun Indonesia telah lama puasa gelar semenjak menjadi juara Thomas Cup terakhir kali di tahun 2002, sementara China menjadi penguasa dalam kurun hampir dua dekade. Selama Indonesia absen menjadi juara sejak 2002, China juara enam kali dari delapan penyelenggaraan Thomas Cup.

Bagi Indonesia final kali ini merupakan satu kesempatan besar untuk membawa pulang piala Thomas ke tanah air. Tampil sebagai unggulan pertama, Indonesia diisi dengan pemain-pemain yang memiliki peringkat terbaik. 

Lawan terberat yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih telah kita lewati, yakni tuan rumah Denmark yang memiliki pemain-pemain tunggal yang berperingkat jauh lebih baik dari pemain-pemain kita.

Bertemu China di final bisa jadi merupakan langkah mudah bagi Tim Thomas Indonesia, secara teknis pemain-pemain kita lebih unggul dari China, namun tentunya Anthony Ginting dan kawan-kawan tidak boleh jumawa dan lengah, pemain-pemain tetap harus fokus pada pertandingan, sebab dalam pertandingan yang bertajuk final hasil akhir bukan ditentukan oleh peringkat pemain dan faktor teknis semata, tapi faktor mental juga punya pengaruh yang besar.

Dari line-up yang telah dirilis oleh kedua tim, kita sepertinya bisa bernafas agak lega jika melihat komposisi yang diturunkan oleh Tim Thomas China yang tidak menurunkan Shi Yu Qi yang cedera pada semifinal kemarin tatkala melawan Kento Momota. 

Sementara Indonesia menurunkan formasi yang mengejutkan para pecinta bulutangkis tanah air, yakni dengan memasukkan pasangan dadakan Daniel Marthin/Kevin Sanjaya Sukamuljo. 

Entah bagaimana strategi yang ada di dalam pikiran pelatih, menurunkan pemain dadakan di partai puncak merupakan sebuah pertaruhan yang sangat riskan, padahal tidak ada hal yang serius terjadi pada ganda putra terbaik kita Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan  Sukamuljo, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto memang merupakan tambang poin bagi Indonesia, tapi alangkah baiknya mereka diturunkan sebagai ganda kedua sebagaimana selama ini sering dilakukan. 

Terus terang saja dalam pandangan awam saya bahwa siapapun lawan Indonesia, dua poin sudah pasti ada di tangan melalui ganda kedua Fajar/Rian dan dari tunggal ketiga Shesar Hiren Rhustavito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun