Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ranting Kering

25 September 2020   16:05 Diperbarui: 25 September 2020   16:12 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengarlah wahai ranting-ranting yang kesepian
yang meregang bagai cemeti penuh duri
yang berdiri laksana badai ditinggalkan angin
aku mungkin hanya sehelai daun bagimu
tapi aku tak pernah takut pada angin
yang membenci daun di akhir musim kemarau
percayalah aku akan kembali mencumbuimu
dalam dekapan pelangi yang disisakan hujan

Janganlah kau membenci terik
panas yang dihujamkannya hanya mampu menggores retak yang bertepi
ujung kemarau ada di genggaman angin yang datang membawa mendung
anggaplah kesepianmu hanya budak yang menemanimu melewati kemarau
tak kau pinta pun, aku akan memucuk patuh bersama hijauku

Kau dan aku hanya pemeran dari lakon babad tanah kehidupan
datang dan pergi adalah detak-detik waktu yang terus memutar

hingga saatnya kita akan berpelukan dalam keabadian
di mana kemarau malu mengeluarkan teriknya
di mana angin kehilangan benci pada daun kuning yang menggantung pasrah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun