Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moanggo, Warisan Budaya Sastra Tutur Suku Tolaki yang Terancam Punah

18 September 2020   01:44 Diperbarui: 18 September 2020   02:23 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.folkloretravel.com

Namun anggo juga sering dinyanyikan dalam suasana bebas di luar dari acara-acara adat. Syairnya bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsinya.

Ada yang berbentuk pujian, atau sanjungan. Ada pula dalam bentuk yang lain yaitu berbentuk sindiran, keharuan dan percintaan, fungsinya adalah sebagai penyampaian isi hati kepada seseorang. Moanggo yang dilagukan disini seperti:

- Anggo meteia, yaitu Anggo yang biasanya dinyanyikan pada saat menjaga anak. Syair Anggo meteia ini berisikan syair hiburan bagi anak-anak kecil, anggo ini dilantunkan oleh masyarakat suku Tolaki  saat menemani atau menjaga anak kecil agar anak tersebut tidak menangis.

- Anggo mosawa-sawa, yang artinya Anggo menghibur, merupakan lagu yang berisi syair untuk menghibur orang yang bersedih hati, yang dinyanyikan untuk memberikan hiburan bagi orang-orang yang sedang dirundung duka. Baik itu orang yang berduka karena kehilangan kekasih, putus cinta atau orang yang kecewa karena suatu keinginannya tidak dapat terpenuhi.

Walau sudah sangat jarang, moanggo masih kadang dapat ditemui dalam upacara perkawinan suku Tolaki di desa-desa.

Tetapi tidak itu saja, budaya Moanggo juga kerap digunakan oleh masyarakat suku Tolaki, dalam bidang pertanian, seperti pada saat akan membuka lahan baru (mosalei), saat akan menanam (motasu), mencabut bibit (morabu), menyabit (mosaira), atau pada puncak kegiatan petani yaitu pesta panen (monahundau). 

Namun syair dari lagu moanggo dalam tradisi pertanian ini pemaknaannya hampir sama dengan mantra karena isinya berupa permohonan kepada Yang Maha Kuasa (ombu taala) agar niat dan usaha yang dilakukan mendapatkan berkah dan ridho-Nya, sehingga tidak akan mendapat gangguan dan halangan yang berarti, serta akan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Namun tentu saja karena moanggo ini adalah bahagian dari budaya sastra bukan bagian ritual kepercayaan, sehingga cara pengungkapannya dalam kegiatan pertanian ini sedikit berbeda dengan mantra. Karena dalam pelaksanaannya anggo ini dilakukan umumnya diiringi dengan alat musik yaitu tetabuhan berupa gong.

Namun dari kebiasaan para leluhur anggo juga diyakini dapat menjadi media penghubung antara arwah leluhur dengan orang yang sedang menyanyikan anggo (moanggo). Anggo yang dilantunkan disini adalah Anggo mondau, atau Anggo bertani. Masyarakat Tolaki yang bermata pencaharian bercocok tanam, lazim melantunkan Anggo ini saat akan memulai kegiatan bertani, syair Anggo mondau sama dengan mantra karena berfungsi sebagai penghubung atau doa permohonan kepada yang kuasa agar diberikan berkah dan kemudahan.

Tapi sastra tutur Moanggo kini sudah sangat jarang dapat disaksikan, kecuali di kampung-kampung itupun sudah langka, mengingat orang-orang pelantun moanggo yang disebut "pande anggo" sudah sangat langka, mereka sudah pada sepuh dan sebagian besar telah meninggal dunia.

Sepatutnyalah lembaga pemerintah dan Lembaga Adat Daerah yang berkompeten dalam hal ini, agar bersinergi dalam upaya pengembangan dan pelestarian budaya Tolaki, bersama-sama merawat dan memelihara warisan budaya dari leluhur Suku Tolaki, yang dapat memberi gambaran bagi masyarakat Nusantara bahwa Suku Tolaki adalah Suku yang besar, beradab dan berbudaya.

Sumber:
akrabjuara.com (Bentuk, Makna dan Fungsi Kesenian)
123dok.com (Nilai dan Makna Moanggo Pada Orang Tolaki).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun