Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bocah.....

14 September 2020   23:37 Diperbarui: 15 September 2020   00:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi newsimg.bbc.co.uk

Tangan mungil itu terlihat lemah, memunguti butiran-butiran nasi yang masih tersisa, ditaruhnya di ujung lidah lalu dikulum dan ditelan dengan mata yang berkedap-kedip, mengais nikmat yang masih tersisa.

Dipungutinya satu demi satu hingga tak bersisa, lalu dijilatinya jari-jemarinya  yang masih gurih, bercampur asin keringat yang jatuh dari dahinya.

Sebungkus teh dingin yang tinggal separuh, menjadi penutup santap siangnya, diteguknya perlahan hingga tak satu tetespun lagi yang bersisa.

Di kejauhan seorang ibu dengan bayi yang terlelap digendongannya, berjalan gontai mengetuk setiap jendela mobil yang berhenti di simpang lampu merah.

Bocah kecil itu menyunggingkan senyum yang murni, mengelus perutnya yang tak lagi hanya berisi angin, terik siang tak lagi mengusiknya.

Dengan riang ia berlari kecil menuju lampu merah tempat ia, ibu dan adiknya menangkup belas kasih yang sering bercampur gerutu dan bahkan serapah.

Bocah kecil itu tak mengerti risau, sepincuk gado-gado dan sebungkus teh dingin, sudah cukup baginya untuk menyapa dunia dengan riang, ia belum tertipu dengan segala kepalsuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun