Mohon tunggu...
Methodius Kossay
Methodius Kossay Mohon Tunggu... Human Resources - Menabur Benih Kebenaran Dalam Setiap Kehidupan

Adalah Seorang Aktivis HAM, Pemerhati Papua sekaligus sebagai Motivator dan Fasilitor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mental Ketergantungan "Kondisi Wamena"

13 Agustus 2019   09:14 Diperbarui: 13 Agustus 2019   10:52 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Peta Wamena (Zonadamai.com)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat  tidak luput dari  peradaban manusia dalam kehidupan masyarakat. Tidak terbedung kecanggilah di era globalisasi yang selalu cepat sehingga menyebabkan masyarakat terlena dan termakan dengan ilusia kenikmatan dunia yang fana. 

Terhanyut dalam ketidaksiapan, kebimbangan dan keterisolir masyarakat yang hapir diambang kepunahan. Kerapuhan demi kerapuhan terjadi ketika dasar-dasar dalam penopang hidup sebagai symbol kekuatan terlahap dengan kenikmatan dan ketergantungan pada bantuan yang mengalir di setiap kantong masyarkat. 

Mimpi kesejahterahan terkubur dengan metalitas masyarakat yang hanya menunggu sumber kehidupan membajiri sikap kemalasan, keegoisan, keserakahan, kebohongan, pembiaran hingga pembunuhan, perkelahian, KDRT dan lain sebainya. 

Mentalitas ketergantungan mendomiasi pada setiap aspek kehidupan manusia, lupa terhadap kegigihan dan spirit orang Balim yang sesungguhnya. 

Semuanya terhanyut dengan Ilusi dan kenikmatan zaman yang terus berkembang. Perlahan dan terus mencoba hingga memulai niat hati yang tulus mengubah wajah masyarakat yang baru namun tertahan dengan system yang sudah dibangun sekian tahun melalui propaganda politik.

Terstruktur dan tersistem ada dalam setiap benak oknum yang memiliki kepentingan dan kekuasaan terhadap masyarakat yang sudah terbangun dalam nilai kesederhanaan adat yang menjadi fondasi. 

Bergerak, melangkah dan berkata sedikitpun diarahkan kepada keterbelakangan, ketertinggalan, kemiskinan yang menjadi sumber makanan empuk bagi para kepentingan oknum tertentu. 

Masyarkat tak tahu dan menjadi lahan percobaan demi kepentingan dan kekuasaannya. Sangat miris ketika kepentingan dan kekuasaan tersebut dilakukan oleh oknum yang berasal dari masyarkat sendiri hanya demi kepuasan diri (perut) yang sifatnya sesaat.

Kehidupan generasi muda Papua semakin terluka dengan maraknya penyakit menular HIV/AIDS, Kecanduan dan katergantungan terhadap minuman berarkohol (Miras), Narkoba dan Isap Aibon. Masa depannya terputus di tengah jalan entah harapan yang dinantinya hanya angin berlalu. 

Upaya yang dilakukannya hanya menjaring angin putus di tangan keputus-asaan yang tak terhindarkan dengan situasi dan kondisi lingkungan. 

Sekolah adalah tiket satu-satunya meraih mimpi untuk mengubah paradigma dan dunia namun terpendam dan terbawa kekuatan arus lingkungan yang begitu kuat dan tak terhidarkan. 

Tidak sekolah, menjadi anak terminal, isap Aibon, angkat-angkat barang di pasar, main judi dan togel adalah pilihan satu-satunya yang akan mengisi hidup dan membawa dampak buruk bagi dirinya dan lingkunganya.

Orang tua tak berdaya dan terpengaruh dengan ilusi dunia modern melihat sang anak termakan dan terbungkus harapannya. Bapaknya bermodalkan mimpi nomor yang dibekali dengan polpen dan kertas coretan di parsimpangan jalan hingga matahari tertidur di barat. 

Selain itu, sambil menunggu bantuan dana bermodalkan proposal dililit rapi dengan Map merah rapi di tangannya. Sampai kapan harapan kesia-siaan menghiasi hidup hingga tidak ada perubahan yang dilakukanya, dampak apa yang kuberikan bagi generasi emas dan kunikmati hasil kekayaan alam firdaus bagi keluarga.  

Sungguh kesadaran penuh dilakukan dan jangan sampai lupa terhadap kekayaan alam di lembah balim yang merupakan kota firdaus bagi manusia. 

Sang Ibu bersama noken hasil rajutan tanganya menghiasi kepala  yang bertumpukan noken berisi ubi dan sayur hasil kebun dengan tongkat kecil disebelah tangan kanannya, sehabis pulang dari kebun. 

Keprihatinan menyelimuti ketika melihat tatapan matanya yang sedang membanting tulang demi keberlangsungan hidup keluarga. (Mk/10-8-19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun