Mohon tunggu...
Meta Sekar Puji Astuti
Meta Sekar Puji Astuti Mohon Tunggu... -

Pengarang buku "Apakah Mereka Mata-Mata?" yaitu buku mengenai kisah orang-orang Jepang di Indonesia sebelum perang (sebelum 1942). Penulis di beberapa kolom koran dan website.\r\n\r\nPengamat sejarah dan budaya. Khususnya wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Mencoba untuk belajar apa saja. Saat ini sedang bermukim di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studi serta mendampingi suami yang sedang ditugaskan di KBRI Tokyo, Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Uniqlo from Hiroshima to Jakarta: Déjà vu Bisnis Jepang di Indonesia?

24 Juni 2013   05:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:31 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uniqlo dari Hiroshima ke Dunia

Di tahun 1995. Seorang profesor Jepang memperkenalkan kami satu produk fashion Jepang bernama Uniqlo. Saat itu selama 9 bulan saya tinggal di sebuah kota kecil di wilayah Jepang tengah.  Tepatnya di kota Kasugai di prefektur Aichi, sekitar setengah jam dengan naik kereta dari Nagoya.

Profesor tersebut, sebut saja namanya, Prof. H,  membawa kami ke satu toko cabang Uniqlo di wilayah ini. Menurut sang profesor produk Uniqlo ini murah tapi cukup kuat. Hanya saja, produk Uniqlo, saat itu, bukan merek bergengsi bahkan cenderung dianggap produk murahan. Terlebih, saat itu Jepang dalam masa economic bubble. Orang-orang Jepang pada saat itu sangat berorientasi dengan merek-merek ternama dan tentu saja yang meninggikan gengsi mereka. Seakan-akan mereka alergi dengan baju tidak bermerek. Jelas-jelas saja baju Uniqlo masih dipandang dengan sebelah mata. Tapi buat kami mahasiswa asing dengan uang pas-pasan, memiliki baju Uniqlo selain menyelamatkan kantong kami juga menjadikan kami sedikit lebih keren. Dalam beberapa kesempatan, kami, trio sahabat dari Sastra Jepang UGM yang sering datang berkunjung di rumah prof. H sering diajak ke satu toko cabang Uniqlo di kawasan Uniqlo. "Kalian harus belajar sosial dan budaya Jepang, termasuk inspeksi ke toko-toko rakyat Jepang," demikian pesan. Satu bonus besar bagi kami beberapa kali kami boleh memilih produk Uniqlo sesuka kami. Itu adalah pengalaman manis yang sangat berkesan dan sangat membekas di benak kami. Kesan atas manisnya persahabatan, hangatnya kekeluargaan di Jepang dan kesan tentang produk Uniqlo itu sendiri. Murah dan kuat, meski kurang belum bergengsi.

Pada tahun 2008 ketika saya berkunjung kembali ke Kasugai, toko Uniqlo terbesar di daerah dekat wilayah saya tinggal itu sekarang tinggal kenangan. Lokasinya sudah berpindah dari lokasi awal. Toko Uniqlo dibuka di wilayah yang lebih lega dan luas dengan pilihan produk yang lebih banyak.

Tapi perkembangan  bisnis Uniqlo benar-benar membuat saya terkesan dan terkejut. Sampai beberapa tahun lalu, di benak saya Uniqlo tetap produk fashion Jepang yang murah dan kuat (dan tidak bergengsi). Tapi, dalam perjalanan selama hampir 20 tahun, Uniqlo telah berubah. Uniqlo menjadi satu lambang fashion moderen Jepang, yang meski dengan harga ekonomis, berubah menjadi produk bergengsi bukan produk kacangan lagi. Tidak hanya dikenal dalam negeri Jepang tapi di pusat-pusat mode dunia. Termasuk Paris, Moskow, New York dan London!

Akar sejarah Uniqlo sebenarnya dimulai sejak tahun 1949 di sebuah kota kecil, Ube, di wilayah Yamaguchi. Dalam perkembangannya, sebuah toko cikal bakal Uniqlo diberi nama Unique Clothing dibuka pertama kali di Hiroshima pada tahun 1984. Di kemudian toko ini menyebar dan membuka 100 toko di seluruh Jepang.

Pada tahun 2000-an produk ini mulai dipercaya publik Jepang karena inovasi-inovasinya seperti Heattech untuk musim dingin dan juga Airism untuk musim panas. Teknologi ini kemudian ditiru oleh banyak produsen, tapi Uniqlo masih dianggap pemain penting dalam teknologi ini. Baju dalam Uniqlo yang tipis namun panas yang digunakan di musim dingin, atau baju dalam anti bakteri, airism baju dalam musim panas yang membuat tubuh lebih sejuk di saat udara panas adalah salah satu contoh besar inovasi Uniqlo. Di iklan-iklannya diberikan penekanan “Japanese technology.”

Baru tahun 2011 Uniqlo benar-benar masuk ke dalam lingkaran bergengsi fashion Jepang. Bangsa Jepang harus mengakui ketangguhan Uniqlo. Selain di sisi lain, keadaan ekonomi Jepang juga dalam keadaan yang kurang baik. Tapi kehebatan Uniqlo adalah dibukanya satu toko di kawasan (dulunya) super elit, Ginza. Sejak zaman Meiji, wilayah ini merupakan satu wilayah bisnis lambang prestis di Jepang. Hanya orang-orang bergengsi dan berduit yang berbelanja di wilayah ini di masa lalu.

Ginza selalu terkenal dengan merek-merek bergengsi dari Louis Vuitton dan toko-toko kelas atas Mitsukoshi atau toko Wako, sampai dengan produk mutiara asli Jepang Mikimoto berderet di wilayah Ginza. Pada masa awal tahun 1990-an Uniqlo dianggap produk yang tidak cukup bergengsi. Meski dunia memang berubah, tapi sulit dibayangkan pada tahun-tahun awal Uniqlo akan mampu menembus Ginza. Pada tahun 2012 toko terbesar di dunia dibuka di Ginza. Satu gedung berlantai 12 dengan produk-produk mutakhirnya dan beberapa produk hanya dijual di gedung ini.

Uniqlo juga telah merambah Eropa dan produk ini mampu bersaing dengan produk-produk Eropa semacam Zara atau Mango. Cabang toko ini sebagian dibuka di gedung yang megah atau wilayah elit. Cabang-cabangnya Paris dan di London kedua-duanya didirikan di daerah bergengsi dan elit. Uniqlo cabang Paris dibuka di sebuah gedung di dekat the Opera, satu gedung paling prestis di pusat Paris dan juga berseberangan dengan departemen elit La Fayette sementara di London, selain membuka di salah satu jalan pusat bisnis di London, Oxford Street juga toko pakaian ini juga membuka di Kensington High Street. Di wilayah dekat Kensington Palace yang ditinggali oleh the Duke and Ducches of Cambridge, alias pangeran William dan putri Kate!

[caption id="attachment_250913" align="alignnone" width="300" caption="Cabang Uniqlo di Kensington High Street London"]

13720318781105788166
13720318781105788166
[/caption]

Uniqlo pun Tiba di Jakarta

Di tahun 2013, tanggal 22 Juni yang lalu, Uniqlo dengan percaya dirinya membuka cabang terbarunya yang diklaim sebagai toko terluas di wilayah Asia Tenggara setelah manajemennya menyiapkan pembukaan di cabang ini selama bertahun-tahun. Ya, cabang ini adalah cabang Uniqlo perdana di Indonesia yang dibuka di Jakarta yang dibuka bersamaan dengan ulang tahun kota Jakarta ke 486.

13720344341302429006
13720344341302429006

Pembukaan Uniqlo disambut meriah oleh warga Jakarta. Uniqlo mempunyai laman publik di Facebook dan akun Twitter. Dari komentar-komentar para pengagum produk ini banyak yang menyatakan, “Baguslah saya tidak perlu belanja di Singapura atau di Tokyo.” Hal ini menunjukkan publik Indonesia telah mengenal Uniqlo dan menantikan produk ini dijual di Indonesia. Tas gratis yang dibagikan untuk 1000 pengunjung pertama Uniqlo habis dalam waktu kurang dari 30 menit.

M.H. Thamrin dan Bisnis Jepang di Hindia Belanda

Saya jadi ingat sejarah ekspansi fashion Jepang di Indonesia. Apakah Anda berharap bahwa fashion Jepang dibawakan oleh tentara-tentara Jepang yang masuk di Indonesia pada tahun 1942? Tidak. Anda salah besar.

Jangan salah, fashion Jepang telah dikenal publik Indonesia di zaman Hindia Belanda. Sejak awal abad ke-20 toko-toko Jepang sudah ada di bumi Nusantara. Toko-toko ini sering dinamakan dengan nama toko Jepang dan memberikan satu warna tersendiri terhadap hubungan Indonesia-Jepang-Belanda. Bahkan produk Jepang ini begitu populer di kalangan orang Indonesia. Menurut penilaian sebagian orang Indonesia, produk-produk ini merupakan produk yang baik dengan harga murah dengan pelayanan yang santun. Penelitian mengenai hal ini juga telah ditulis oleh sejarawan-sejarawan Belanda, khususnya pak Peter Post, Jepang (mungkin yang paling banyak) termasuk hasil karya klasik Yano Toru, dan alhamdulillah, saya sendiri (he..he..he..).

Kemeja putih Jepang bermerek Choya dengan lambang kupu-kupu salah satu yang populer. Beberapa toko-toko di penjuru Jawa dan

Tapi ada satu hal yang belum diekspos secara mendalam oleh banyak peneliti-peneliti tersebut. Perkembangan ekonomi dan bisnis orang-orang Jepang di Hindia Belanda sebelum masuk perang itu dipuji secara terang-terangan oleh H. M. Thamrin. Ya, pahlawan nasional dan tokoh Betawi itu benar-benar memuji pedagang Jepang itu di depan sidang Volksraad atau sidang DPR di masa Hindia Belanda. Memujinya pun berulang-ulang dan dengan sangat serius.

Pada tahun 1934 di depan sidang Volksraad beliau mengungkapkan yang garis besarnya demikian, “Kita harus belajar banyak dari para pedagang dan pemilik toko Jepang. Mereka pada mulanya adalah pedagang kecil dan selama 20 tahun bisnis mereka membesar hingga sekarang ini,” demikian ungkapnya.

Pada tahun-tahun sesudahnya beliau masih memberikan apresiasi positif dengan mereka baik dari sisi ekonomi bahkan dari sisi politiknya hingga sidang Volksraad tahun 1939. Menurut asumsi beberapa sejarawan meski belum diketahui secara pasti, keberaniannya mengapresiasi Jepang dan ajakan untuk meniru kerja keras Jepang bahkan merupakan resiko sangat besar. Jepang yang menjadi simbol kekuatan (baru) Asia dianggap negara saingan berat oleh pemerintah Hindia Belanda.

Beliau meninggal di sel tahanan secara mendadak tiga hari setelah ditangkap secara mendadak pula sebelum Jepang masuk ke bumi Nusantara di tahun 1941. Pihak Belanda menyatakan seolah-olah beliau bunuh diri. Tapi sebagian sejarawan percaya, beliau dengan sengaja dibunuh oleh pihak Belanda.

Déjà vu  Bisnis Retail Jepang di Indonesia

137203499077864058
137203499077864058

Bisnis Uniqlo adalah déjà vu bisnis fashion di Indonesia setelah masa seabad. Bisnis Jepang di Indonesia saat ini juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dan unik di antara persaingannya dengan pihak sesama Asia, Cina dan Korea. Beberapa bisnis, yang saya bisa sebutkan bisnis dari investor Jepang gelombang baru, yang dilakukan oleh Rakutan (retail online), Seven Eleven yang dipegang oleh Seven and I holding, Muji Ryohin dan terakhir Uniqlo mengingatkan kita bisnis retail Jepang seabad lalu. Ketika seabad yang lalu bertebaran toko-toko Jepang di bumi nusantara. Mereka melakukan bisnis dengan masyarakat lokal dan pernah memperkenalkan produk-produk populernya di antara bangsa Indonesia termasuk obat-obatan, pakaian, makanan ringan hingga alat tulis menulis.

Di masa Hindia Belanda itu, pebisnis Jepang melakukan pendekatan dan penelitian secara unik. Mereka melakukan perjalanan hingga pelosok, membawa peta dan mencatat secara detil kebutuhan bisnisnya. Pihak Belanda menganggapnya sebagai ancaman yang sangat berbahaya. Bahkan status yang ditempelkan ke mereka adalah mata-mata dari pada status pedagang. Dokumen-dokumen di arsip nasional Belanda membuktikan keparanoidan pemerintah Belanda dan Hindia Belanda. Sayangnya, sejarah pendudukan militer Jepang mengambil alih sejarah masa toko Jepang ini.

Apakah Anda percaya dengan teori sejarah adalah pengulangan? aBeberapa sosiolog dan sejarawan percaya teori pengulangan ini. Tapi bagi saya ada hal yang penting dengan ketangguhan bisnis Jepang, ketangguhan, keuletan dan keuletan berbasis penelitian.

Saya setuju dengan almarhum M. H. Thamrin yang memiliki visi sangat tajam di zamannya, ketangguhan Jepang dalam menjalankan bisnis, dalam hal ini, Uniqlo, perlu diapresiasi, dipelajari dan dijadikan model bagi Indonesia. Kenapa tidak?

Tokyo, 24 Juni 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun