Adalah sepasang suami istri muda baru saja pindahan menghuni di sebuah apartemen. Telah bertahun-tahun menikah tetapi kehidupan mereka masih sepi tanpa kehadiran anak. Dalam pembicaraan ringan antarkeduanya, sang isteri kuat menduga bahwa suaminya tidak tahu bagaimana menerjemahkan lagu "Hai Tukang Kayu" ke dalam realitas praktek. Alasannya? Dirinya terlahir dan dibesarkan dalam keluarga besar. Saudaranya banyak. Sedang sebaliknya, sang suami adalah anak tunggal.
Berpikir bahwa logis saja argumen sang istri, bisa jadi jangan-jangan dia yang benar, maka suami main ke seorang tetangga sebelah untuk minta saran dan pendapat. Eh-eh, sobat kompasioner tentu ingat artikel sebelumnya dan kebelet komen: tetangga lagi ANE sebutin. Lagi-lagi tetangga.
Menyambut baik tamunya datang, ternyata amat senang pria tetangga yang lajang ini sekiranya dapat membantu mencarikan pemecahan. Sesudah panjang kali lebar bincang-bincang berlangsung dengan diselingi bercanda ria semi-semi miring ujaran profesor habul Jati Kumoro, keduanya menelaah semua fakta dan latar belakang persoalan dan keinginan pasutri, lantas sampailah mereka ke bagian kesimpulan dan saran solusi. Begini dialognya kemudian.
Lajang: "Sederhananya cukup 3 langkah solusi. Pertama, belikan istrimu parfum termahal yang dia paling sukai aromanya untuk dia semprotkan tatkala dia sedang pengen-pengennya bercinta. Kedua, baju tidur baru yang dia kenakan untuk mengundang semangatmu berangkat tidur. Dan terakhir, catatlah nomer ponsel kepunyaanku ini. Ada tiga nomer."
Suami: “Ok. Kemudian bagaimana?”
Lajang: “Sebelum siap berangkat naik pembaringan mintalah istrimu mandi menyegarkan badannya, mengenakan baju tidur baru favoritnya, lantas memakai parfum aroma khas idolanya.”
Suami: “Wah, kedengerannya saranmu bagus tuh. Lantas bagaimana sesudahnya?”
Lajang: “Pergilah engkau sendirian ke mana kek. Semisal nonton film tayang perdana yang belum sempat engkau saksikan. Atau music show di JCC. Atau panggung wayang orang Bharata yang di Senen tuh. Sebelum masuk ruang pertunjukan jangan lupa kau telpon aku.”
Suami: “Cantik dan terperinci skenarionya. Apa berikutnya?”
Lajang: "Adegan giliran aku perankan. Kau kan asyik menikmati tontonan. Aku akan merapat ke apartemenmu untuk memandu istrimu mewujudkan keinginan kalian."
Suami: "Oh-oh betapa baiknya hatimu sobat.....," dengan raut mukanya disetel dengan lagak mimik pilon yang sempurna.
---oo0O0oo---
Ya sudahlah sob. Bisa memaknai kisah ini sendiri kan? Hehehehe......... Silakan sobat yang mau mencela atau mengumpat. Ruang dan waktunya milik ente, kompasiana sediakan tempatnya di kotak komentar di bawah. Sampai di sini saja dulu yah.
Jakarta, 20150524
Tabik & salamHUMORana.com
ttd& cap stempel resmi
Departemen Humor Garing