Mohon tunggu...
Mesa Indra Naiborhu
Mesa Indra Naiborhu Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Hukum, Management, dan Keuangan

Meminati bidang hukum, management, dan keuangan yang dapat dipergunakan untuk berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecenderungan Arah Perusahaan pada Saat Menghadapi Kesulitan (Sebuah Analisis Industri)

14 Mei 2021   23:59 Diperbarui: 15 Mei 2021   07:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah kita menganalisa ratio-ratio pada balance sheet, ratio-ratio pada income statement, dan cash flow, seperti yang telah disampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, selanjutnya kita akan menilai suatu perusahaan dengan menganalisa industri yang digelutinya.

 

Analisa Industri

Bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan tersebar di berbagai macam industri, dimana pembagian industri tersebut banyak ragamnya dan tergantung cara memandangnya dan terminologi yang akan digunakan.

Beberapa pengertian industri seperti berdasarkan Badan Pusat Statistik, bahwa industri adalah unit usaha yang berjalan kesatuan kegiatan ekonomi dengan tujuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang berdomisili di tempat tertentu atau lokasi dan memiliki catatan administrasi sendiri.  Menurut pendapat G. Kartasapoetra industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.  Sementara berdasarkan undang-undang No. 5 Tahun 1984 bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.

Namun demikian, kita tidak akan terpaku dengan definisi industri seperti yang dikemukakan di atas, dan kita akan mempersempit pengertian industri menjadi jenis usaha tertentu dengan keseragaman tertentu dimana bisnis yang dijalankan pada jenis usaha tertentu tersebut memberikan nilai keekonomisan dan memiliki pasar yang akan menyerap hasil produksinya.  Contoh industri yang dapat dikemukakan antara lain industri farmasi, industri kelapa sawit, industri makanan, dan lain sebagainya. 

Pada setiap industri selalu ada banyak perusahaan yang berbisnis di dalamnya, dimana perusahaan yang bergerak di dalam masing-masing industri tersebut dapat dibagi ke dalam tiga model usaha, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang produksi, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, dan perusahaan yang bergerak di bidang jasa (seperti jasa transportasi, jasa penyimpanan, dan lain sebagainya). 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa di setiap industri selalu ada perusahaan-perusahaan dengan tiga jenis bisnis model, baik perusahaan yang bisnis modelnya terpisah (misalnya hanya bisnis model produksi saja atau perdagangan saja atau jasa saja), ada perusahaan juga yang mengkombinasikan dua bisnis model atau tiga bisnis model sekaligus, tergantung kepada strategi masing-masing perusahaan.  Perusahaan dengan satu jenis bisnis model akan lebih sederhana menjalankan usahanya dibandingkan dengan perusahaan yang mengkombinasikan semua bisnis model tersebut. 

Selain itu ada juga kelompok perusahaan yang mana masing-masing bisnis model tersebut dijalankan oleh perusahaan terpisah tetapi masih di dalam kepemilikan yang sama.

Untuk menilai suatu perusahaan melalui analisa industri, kita harus dapat melihat apa jenis industri yang digeluti oleh perusahaan tersebut, karena masing-masing industri memiliki resiko dan benefit yang berbeda.  Semakin banyak “pemain” yang menggeluti suatu industri, karena rendahnya entry barrier (kemudahan untuk dimasuki oleh pemain baru), maka tingkat kompetisi akan tinggi.  Dengan tingginya tingkat kompetisi maka akan berbanding terbalik dengan keuntungan yang dapat diraih oleh perusahaan, karena persaingan akan menyebabkan perang harga dan supply barang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan permintaan.  Hal ini sering disebut sebagai “red ocean strategy”.  Untuk industri ini biasanya kekuatan bertahan suatu perusahaan adalah pada tingkat efisiensi yang selalu harus maksimal serta kekuatan modal kerja guna menghadapi saat-saat terjadinya perang discount maupun saat-saat melambatnya pembayaran piutang dagang dari para costumer. 

Jika suatu perusahaan yang dianalisa dari sisi cash flow ternyata cash flownya bernilai negatif, maka perusahaan tersebut patut dicurigai akan berada pada kondisi yang semakin memburuk.  Contoh industri yang dapat dikategorikan memiliki tingkat kompetisi yang cukup tinggi adalah industri otomotif dan turunannya (termasuk perdagangan spare part, jasa perbengkelan, dan seterusnya).

Biasanya bagi industri yang tingkat persaingannya tinggi, entry barriernya cukup rendah, baik dalam hal biaya investasi yang tidak terlalu tinggi atau teknologi yang digunakan juga tidak terlalu tinggi, sehingga siapapun dapat masuk ke dalam industri tersebut untuk berbisnis.

Terdapat juga industry yang sangat rendah tingkat persaingannya yang disebabkan entry barrier yang tinggi ataupun permintaan akan produksi pada industri tersebut cukup rendah (sering kita menyebutnya niche market).  Kondisi ini berbanding terbalik dengan industri yang tinggi tingkat kompetisinya, dimana pada industri ini tingkat keuntungan bisa jadi cukup tinggi, tetapi modal usaha yang dibutuhkan juga cukup tinggi dan cenderung menggunakan teknologi tinggi.  Contoh industrinya adalah industri fintech dimana perusahaan yang akan menggelutinya harus memiliki teknologi tinggi serta modal yang sangat besar.  Biasanya para pemain yang masuk ke industri ini akan memperoleh pendanaan dari pihak ketiga baik untuk modal kerjanya maupun untuk investasi teknologinya.

Pada saat kita menilai suatu perusahaan, bisa jadi industri yang digeluti tidak berada pada dua contoh yang disampaikan di atas.  Bisa jadi industri yang digeluti adalah industri yang tingkat persaingannya tidak terlalu ketat, seperti industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).  Jika kita menemukan hal seperti ini, langkah yang patut kita perhatikan adalah tujuan penjualannya, jika merk yang diproduksi dan atau diperdagangkan adalah merk sendiri (bukan merk yang terkenal), maka pasar yang sesuai sebaiknya adalah pasar yang berada di pinggiran kota atau luar kota, dengan pertimbangan bahwa pada daerah-daerah tersebut AMDK dengan merk yang sudah terkenal tidak banyak beredar di pasar tersebut.

Dengan melakukan analisa industri yang dikaitkan dengan analisa terhadap ratio-ratio keuangan seperti yang disampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, maka minimal kita memperoleh gambaran kemana arah perusahaan pada saat mengalami masa-masa sulit, terutama pada saat merebaknya pandemic Covid-19.

Artikel selanjutnya akan menjelaskan secara rinci masing-masing ratio keuangan mulai dari dasar berpikirnya, penyebabnya, dampak yang ditimbulkan, serta mitigasi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau melepaskan suatu perusahaan.  --MIN--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun