Dua Dunia dalam Satu Perjalanan
Perjalanan pagi dari Bintaro ke Cikarang bukan hanya tentang melintasi kilometer dan waktu, tetapi juga tentang melintasi dua dunia yang sangat berbeda.
Di sisi barat Jakarta, aku melintasi perumahan menengah ke atas---rumah dua lantai berarsitektur modern, dengan carport luas yang cukup menampung dua mobil dan sepeda motor. Beberapa bahkan sudah beratap panel surya. Tak jarang, carport itu lebih luas dari kamar-kamar di rumah subsidi.
Namun, ketika kendaraan bergerak menjauh dari pusat kota, pemandangan mulai berganti. Di pinggiran kawasan industri, berdiri deretan rumah bersubsidi tipe 18/25. Lahan sempit, bangunan mungil. Luas total bangunan hanya 18 meter persegi, berdiri di atas lahan 25 meter persegi.
Seorang ibu muda tampak menyuapi anaknya di depan rumah, sambil sesekali melirik jalan tanah yang berdebu. Suaminya baru saja pergi kerja dengan sepeda motor yang diparkir persis di depan pintu. Di rumah seperti ini, ruang tamu, dapur, kamar tidur---semuanya harus dipikirkan dengan cermat agar tetap fungsional.
Pemandangan ini menyentak: carport di satu sisi kota lebih luas dari seluruh rumah di sisi kota yang lain.
Rumah Idaman vs Realitas Penghasilan
Harga rumah terus naik, sementara pendapatan generasi muda cenderung stagnan. Berdasarkan data Kementerian PUPR dan Bank Indonesia, harga rumah bersubsidi tipe 18/25 pada tahun 2024 berada di kisaran Rp 180 juta -- Rp 200 juta, tergantung lokasi. Cicilannya berkisar Rp 600.000 -- Rp 800.000 per bulan, dengan tenor 15--20 tahun melalui skema FLPP.
Di sisi lain, pendapatan rata-rata milenial dan Gen Z usia 25--35 tahun di kota-kota besar berada di kisaran Rp 4 -- 6 juta per bulan, menurut BPS 2023. Bandingkan dengan harga rumah menengah ke atas yang luasnya 120--150 meter persegi, di kawasan strategis bisa mencapai Rp 1,5 -- 2,5 miliar. Bahkan apartemen studio di Jakarta kini dibanderol Rp 600 juta -- Rp 900 juta.
Dengan beban pengeluaran harian, cicilan motor, dan kebutuhan hidup lainnya, jelas bahwa generasi muda menghadapi tantangan berat untuk bisa memiliki rumah yang layak dan terjangkau.
Potret Rumah Bersubsidi: Antara Akses dan Kualitas