Menyibak Realitas Ekonomi Berbasis Data di Era Digital
"Gratis itu menggoda. Tapi kadang, harga termahal adalah yang tak terlihat."
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa layanan seperti media sosial, mesin pencari, atau aplikasi cuaca bisa Anda nikmati tanpa membayar sepeser pun?Â
Apakah benar-benar gratis? Ataukah sebenarnya kita sedang membayar---bukan dengan uang, tapi dengan data pribadi dan perhatian kita?
Pernyataan tajam "Jika sesuatu gratis, berarti kamu bukan pelanggan, tapi produk yang dijual" bukan sekadar kutipan sinis dari film dokumenter The Social Dilemma---melainkan realitas ekonomi digital yang kian mengakar di kehidupan kita.
Babak Awal: Saat "Gratis" Menjadi Mata Uang Baru
Dulu, saat kita menggunakan produk atau jasa, hubungan antara produsen dan konsumen sangat jelas: Anda membeli, mereka menjual.Â
Namun kini, kita masuk ke dalam model bisnis baru. Produk digital seperti Facebook, Google, TikTok, bahkan aplikasi game dan filter kamera tampaknya gratis. Tapi dibalik layar, kita sedang menjual sesuatu yang sangat berharga: perilaku digital kita.
Menurut laporan Statista, industri periklanan digital global meraup lebih dari $600 miliar USD pada 2023, sebagian besar dari iklan yang ditargetkan berdasarkan perilaku pengguna. Di balik kenyamanan itu, platform ini mengumpulkan data lokasi, riwayat pencarian, waktu penggunaan aplikasi, hingga pola tidur.
Bagaimana Kita Menjadi Produk?