Awal Juni 2025 tidak datang dengan kabar gembira, melainkan dengan tiga berita ekonomi yang membuat banyak orang mengerutkan dahi.Â
PMI manufaktur turun, deflasi semakin dalam, dan surplus dagang terkikis --- tiga indikator yang menunjukkan bahwa kita mungkin tengah memasuki babak baru yang tak mudah.
Namun seperti pepatah lama, hujan tak pernah turun selamanya. Bahkan badai pun selalu punya akhir. Maka, di balik kabar yang mungkin mengejutkan ini, penting bagi kita untuk tidak hanya cemas, tetapi juga bersiap.Â
Karena dalam sejarah bangsa, krisis bukan barang baru---dan mereka yang mampu beradaptasi akan tetap bertahan.
Membaca Situasi: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
1. PMI Manufaktur Turun
Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia turun ke 50,7, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya yang 52,9. Ini berarti industri manufaktur mulai melambat---pabrik-pabrik tak lagi seaktif biasanya, permintaan pasar lesu, dan ekspansi bisnis tertahan.
Dampaknya bukan hanya angka. Ini adalah cerita tentang pekerja yang mulai khawatir akan masa depan mereka, pelaku usaha yang menahan ekspansi, serta geliat ekonomi yang tak secepat biasanya.
2. Deflasi Lebih Dalam
Badan Pusat Statistik mencatat deflasi 0,22%---lebih dalam dari bulan sebelumnya. Turunnya harga barang-barang mungkin terdengar seperti kabar baik, tetapi dalam konteks ini justru bisa menandakan daya beli masyarakat yang melemah.
Bukan karena barang makin murah, tetapi karena dompet makin tipis.Â
Banyak orang menunda belanja karena ketidakpastian, dan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi pun tersendat.
3. Surplus Dagang Terkikis
Meski Indonesia masih mencatat surplus neraca perdagangan, jumlahnya hanya 150 juta dolar AS---terendah sejak pandemi melanda pada 2020. Ekspor turun menjadi 20,74 miliar dolar AS, sementara impor mendekati 20,59 miliar dolar AS.
Dunia sedang mengalami perlambatan, dan permintaan terhadap produk ekspor kita melemah. Bagi sektor industri dan pertanian, ini menjadi pukulan yang perlu segera diantisipasi.
Bagaimana Kita Harus Bersikap?
Meski kabar buruk bertubi-tubi datang, bukan berarti kita harus menyerah. Justru ini saatnya merancang strategi cerdas agar tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah tantangan.Â