Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencari Terang di Tengah Mendung; Strategi Menyikapi 3 Kabar Perekonomian Negeri Tercinta

4 Juni 2025   09:03 Diperbarui: 4 Juni 2025   09:03 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 


Awal Juni 2025 tidak datang dengan kabar gembira, melainkan dengan tiga berita ekonomi yang membuat banyak orang mengerutkan dahi. 

PMI manufaktur turun, deflasi semakin dalam, dan surplus dagang terkikis --- tiga indikator yang menunjukkan bahwa kita mungkin tengah memasuki babak baru yang tak mudah.

Namun seperti pepatah lama, hujan tak pernah turun selamanya. Bahkan badai pun selalu punya akhir. Maka, di balik kabar yang mungkin mengejutkan ini, penting bagi kita untuk tidak hanya cemas, tetapi juga bersiap. 

Karena dalam sejarah bangsa, krisis bukan barang baru---dan mereka yang mampu beradaptasi akan tetap bertahan.

Membaca Situasi: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

1. PMI Manufaktur Turun

Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia turun ke 50,7, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya yang 52,9. Ini berarti industri manufaktur mulai melambat---pabrik-pabrik tak lagi seaktif biasanya, permintaan pasar lesu, dan ekspansi bisnis tertahan.

Dampaknya bukan hanya angka. Ini adalah cerita tentang pekerja yang mulai khawatir akan masa depan mereka, pelaku usaha yang menahan ekspansi, serta geliat ekonomi yang tak secepat biasanya.

2. Deflasi Lebih Dalam

Badan Pusat Statistik mencatat deflasi 0,22%---lebih dalam dari bulan sebelumnya. Turunnya harga barang-barang mungkin terdengar seperti kabar baik, tetapi dalam konteks ini justru bisa menandakan daya beli masyarakat yang melemah.

Bukan karena barang makin murah, tetapi karena dompet makin tipis. 

Banyak orang menunda belanja karena ketidakpastian, dan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi pun tersendat.

3. Surplus Dagang Terkikis

Meski Indonesia masih mencatat surplus neraca perdagangan, jumlahnya hanya 150 juta dolar AS---terendah sejak pandemi melanda pada 2020. Ekspor turun menjadi 20,74 miliar dolar AS, sementara impor mendekati 20,59 miliar dolar AS.

Dunia sedang mengalami perlambatan, dan permintaan terhadap produk ekspor kita melemah. Bagi sektor industri dan pertanian, ini menjadi pukulan yang perlu segera diantisipasi.

Bagaimana Kita Harus Bersikap?

Meski kabar buruk bertubi-tubi datang, bukan berarti kita harus menyerah. Justru ini saatnya merancang strategi cerdas agar tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah tantangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun