Keputusan itu diketuk pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), yang digelar pada Kamis, 22 Mei 2025, di kantor pusat mereka, Alfa Tower, Alam Sutera.Â
Di tengah kabar bahwa 509 gerai Alfamart, Alfamidi, Lawson, dan Dan+Dan telah ditutup sejak awal 2024 hingga kuartal pertama 2025, perusahaan justru memutuskan akan membagikan dividen tunai senilai Rp1,4 triliun---sekitar 45 persen dari laba bersih tahun buku 2024.
Sontak, publik pun bertanya-tanya. Di saat ratusan toko ditutup, mengapa perusahaan memilih membagi untung besar kepada pemegang saham? Apakah bisnis ritel ini sedang menghadapi badai? Atau justru inilah cara baru untuk menyelamatkan kapal agar tetap berlayar lebih cepat?
Untuk memahami ini, mari kita telusuri lebih dalam. Di balik pintu-pintu rolling door yang turun, ada strategi, ada perhitungan, dan tentu saja, ada cerita.
Bukan Karena Lesu, Tapi Karena Mahal
Dalam konferensi pers yang digelar usai RUPST, Presiden Direktur AMRT, Anggara Hans Prawira, menjelaskan bahwa penutupan gerai-gerai tersebut bukan disebabkan oleh penurunan penjualan atau kinerja yang buruk.Â
Justru, penjualan perseroan tumbuh 10,54 persen menjadi Rp118,22 triliun di tahun 2024, dari sebelumnya Rp106,94 triliun pada 2023.
Namun, seiring dengan pertumbuhan tersebut, tantangan biaya operasional pun membumbung. Salah satu alasan utama ditutupnya ratusan gerai adalah karena kontrak sewa yang tidak diperpanjang---bukan oleh pemilik properti, melainkan oleh pihak Alfamart sendiri.
"Setelah lima tahun disewa, kadang-kadang pemilik lahan mematok harga sewa yang sangat tinggi. Karena itu, kami putuskan untuk tidak memperpanjang di situ, dan memilih alternatif tempat lain," ujar Anggara.
Gerai-Gerai di Jabodetabek Paling Banyak Tumbang
Anggara mencatat bahwa mayoritas gerai yang ditutup berada di kawasan Jabodetabek---wilayah dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) tertinggi dan harga sewa properti yang melambung.Â
Dengan komposisi biaya operasional seperti ini, bahkan penjualan yang stabil atau naik belum tentu cukup untuk menjaga margin keuntungan yang sehat.