Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Masa Depan Pembayaran Lintas Batas; Ketika ASEAN Mengguncang Dunia Digital

6 Mei 2025   21:12 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:09 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
QRIS. (Freepik via Kompas.com)

Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, negara-negara Asia Tenggara sedang menenun masa depan baru dalam sistem keuangan digital dunia. Suara langkah mereka semakin bergema, tak lagi bergantung pada satu mata uang adidaya. 

Sebaliknya, mereka mulai membangun sistem mereka sendiri, yang lebih cepat, inklusif, dan berdaulat. Di sinilah Proyek Nexus dan inisiatif Local Currency Transaction (LCT) hadir sebagai gebrakan monumental.

Tak seperti biasanya, berita besar ini tak datang dari Washington atau Brussels. Kali ini, dari jantung Asia Tenggara, kita menyaksikan bagaimana negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, perlahan-lahan mulai "membuang dominasi dolar AS" dalam transaksi regional. 

Gambar ilustrasi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Gambar ilustrasi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Bukan dalam artian membenci dolar, tapi lebih kepada menyadari bahwa kemandirian finansial dan teknologi adalah keniscayaan.

Mengenal Proyek Nexus: Revolusi Diam-Diam yang Menghubungkan Dunia

Proyek Nexus adalah inisiatif dari Bank for International Settlements (BIS) Innovation Hub, sebuah proyek ambisius yang bertujuan menghubungkan sistem pembayaran instan domestik (Instant Payment System/IPS) lintas negara, sehingga masyarakat bisa mengirim uang antarnegara dengan cara secepat dan semudah transfer domestik.

Bayangkan: seorang pelaku UMKM di Yogyakarta bisa mengirim pembayaran ke supplier di Bangkok hanya dengan memindai QR code, dan uang diterima dalam hitungan detik---tanpa harus melewati dolar AS sebagai perantara, tanpa biaya tinggi, dan tanpa friksi birokrasi perbankan konvensional.

Indonesia tak tinggal diam. Melalui Bank Indonesia (BI), Gubernur Perry Warjiyo menegaskan bahwa QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) antarnegara dan sistem Retail Fast Payment akan menjadi tulang punggung konektivitas regional ini. Inisiatif LCT pun digaungkan, memungkinkan transaksi lintas batas menggunakan mata uang lokal seperti rupiah, baht, ringgit, atau dong.

Dolar AS dan Ketakutan Lama yang Tak Lagi Ditakuti

Selama puluhan tahun, transaksi lintas negara---bahkan sesama negara ASEAN---harus melewati dolar AS. Situasi ini menjadikan AS sebagai "penjaga gerbang" uang dunia, yang bisa mengawasi, memungut biaya, bahkan menjatuhkan sanksi finansial kapan pun mereka mau. Namun, sistem baru ini perlahan meruntuhkan hegemoni tersebut.

Tak mengherankan jika Washington mulai gerah. Dalam beberapa tahun terakhir, melalui Perwakilan Dagang AS (USTR), pemerintah AS sering kali menyuarakan "keprihatinan" atas sistem pembayaran nasional Indonesia seperti GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) dan QRIS, yang dianggap menutup akses perusahaan fintech asal Amerika. Ancaman terselubung berupa peningkatan tarif impor atau tekanan diplomatik pun mulai bermunculan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun