Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membaca Ulang Sinyal Pelemahan Ekonomi dan Alarm Sosial dengan Pertumbuhan di Bawah 5%

6 Mei 2025   09:09 Diperbarui: 6 Mei 2025   09:53 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi hanya 4,87%, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Kala sebagian orang masih memperdebatkan masa depan politik dan estafet kepemimpinan, ada sinyal lain yang pelan tapi pasti mulai memijar merah: pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali terperosok di bawah 5 persen.

Angka resmi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada kuartal I-2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% secara tahunan (year-on-year). 

Rendah, bahkan lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang sebelumnya sudah pesimistis. Yang membuatnya makin mencemaskan: ini terjadi di tengah momentum Ramadan dan Idulfitri---periode yang biasanya mendorong konsumsi domestik.

Jika kita mengecualikan dua tahun kelabu akibat pandemi (2020--2021), maka capaian kuartal ini adalah yang terendah sejak 2009. Artinya, bukan hanya perlambatan, tapi seperti ada yang lebih dalam: pelemahan struktural.

Tiga Bidang yang Paling Merasakan: Sektor Riil, Fiskal, dan Masyarakat

1. Sektor Riil: Detak Jantung Ekonomi yang Lemah
UMKM---penopang utama ekonomi rakyat---terpukul. Daya beli belum pulih sepenuhnya, ditambah kenaikan harga bahan baku dan ongkos distribusi. Industri manufaktur pun stagnan. Sektor yang dulu jadi motor pertumbuhan, kini justru menyumbang angka pengangguran baru.

Ada kekhawatiran bahwa kegiatan produksi melambat karena permintaan tak sekuat yang dibayangkan. Proyek-proyek besar pun tak lagi semeriah dulu. Bahkan sektor properti mulai terdampak, yang selama ini menjadi indikator psikologis kepercayaan kelas menengah terhadap masa depan ekonomi.

2. Fiskal: Berat di Beban, Minim dalam Gerak
Belanja pemerintah
---yang selama ini diandalkan untuk memutar roda ekonomi---terlihat tak maksimal di awal tahun ini. Bisa jadi karena keterlambatan penyaluran anggaran atau karena prioritas yang belum tuntas disesuaikan.

Namun yang jadi sorotan utama: utang pemerintah makin menumpuk. Per April 2025, total utang sudah menembus Rp8.300 triliun, dengan sebagian besar dalam bentuk Surat Berharga Negara yang akan jatuh tempo bertahap dalam beberapa tahun ke depan. Beban bunga utang makin besar, dan ruang fiskal untuk belanja produktif makin sempit. Ini situasi yang tidak ideal jika pertumbuhan ekonomi terus melambat.

3. Sosial Ekonomi: Rakyat Kian Tersudut
Dampak ke masyarakat makin nyata. Harga bahan pokok naik, daya beli menurun, dan lapangan kerja baru tidak tumbuh sesuai harapan. Kelompok rentan---buruh harian, pekerja informal, ibu rumah tangga, lansia tanpa jaminan sosial---menanggung beban terberat.

Sinyal yang mulai menciptakan keresahan sosial, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Sinyal yang mulai menciptakan keresahan sosial, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Sinyal-sinyal ini mulai menciptakan keresahan sosial yang sayup terdengar. Anak muda mulai menggunakan tagar: #IndonesiaGelap. Ada pula yang satir dan getir: #KaburAjaDulu---menggambarkan perasaan frustrasi, bahkan keinginan untuk mencari peluang di luar negeri karena merasa kehilangan harapan di tanah sendiri.

Tantangan dan Peluang: Apakah Kita Masih Bisa Membalikkan Keadaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun