Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melanjutkan Percakapan Antara Fintech dan Fikih; Bagaimana dalamEtika Kristen?

4 Mei 2025   09:51 Diperbarui: 4 Mei 2025   14:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Dalam tulisan sebelumnya, saya mengangkat tema "Antara Fintech dan Fikih: Masa Depan Keuangan dan Emas Digital" yang menggali bagaimana ajaran Islam melalui fikih memandang inovasi finansial berbasis teknologi seperti fintech dan digitalisasi aset seperti emas. Penekanan pada kehalalan transaksi, larangan riba, dan pentingnya keadilan dalam muamalah menjadi landasan penting dalam menyikapi inovasi keuangan modern. 

Kini, saya mengajak pembaca untuk memperluas cakrawala dan melihat bagaimana pandangan keagamaan lain, khususnya Kekristenan---sebagai salah satu agama besar di Indonesia---menyikapi isu ini.

Artikel sederhana ini tidak hanya didasarkan pada literatur atau kajian etika, tapi juga pengalaman pribadi saya yang cukup mendalam. 

Saya pernah menjalani masa studi di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), sebuah kampus yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga dalam membentuk pemahaman multikultural dan lintas iman.

Di Unpar,  saya belajar menghargai cara pandang berbeda terhadap hal-hal yang kita anggap 'sehari-hari'---termasuk soal uang, kekayaan, dan emas.

Sebagai seseorang yang pernah menjalani masa studi di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), saya cukup akrab dengan nilai-nilai etis dalam ajaran Kekristenan. Pendidikan di kampus Katolik ini tidak hanya membekali saya dengan ilmu, tetapi juga membentuk sensitivitas terhadap pluralitas pandangan dalam masyarakat majemuk. 

Di ruang-ruang diskusi dan kuliah filsafat, saya belajar bahwa kekayaan, termasuk emas, dalam Kekristenan tidak pernah berdiri sendiri sebagai simbol status, melainkan sangat terkait dengan makna spiritual, pengabdian, dan kepedulian terhadap sesama.

Sebagai alumni Universitas Katolik Parahyangan Bandung, saya merasa terpanggil untuk menyumbang perspektif etika Kristen yang pernah saya pelajari dan alami selama masa studi.

Kekayaan dalam Pandangan Kristen: Amanah, Bukan Tujuan

Dalam ajaran Kristen, kekayaan---termasuk emas---tidak dipandang sebagai sesuatu yang jahat. Namun, Alkitab memberi peringatan keras terhadap cinta akan kekayaan yang berlebihan:

"Akar segala kejahatan ialah cinta akan uang." (1 Timotius 6:10)

Ini menunjukkan bahwa emas dan kekayaan boleh dimiliki, namun tidak boleh menjadi pusat kehidupan. Kekayaan hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. 

Dalam konteks fintech dan emas digital yang mempermudah investasi, pengelolaan dana, dan pertumbuhan aset, ajaran ini mengingatkan umat Kristen untuk tidak terseret dalam arus konsumerisme dan spekulasi tanpa kendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun