Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Uniqlo Mengubah Gaya Merebut Pasar Matahari dan Ramayana

27 April 2025   08:29 Diperbarui: 27 April 2025   08:29 26292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Uniqlo Merebut Pasar Matahari & Ramayana,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Di tengah hiruk pikuk mal-mal besar Indonesia, sebuah pemandangan mulai lazim ditemui: antrean mengular di depan gerai Uniqlo, sementara toko-toko lama seperti Matahari dan Ramayana mulai kehilangan pesona lamanya. 

Suatu transformasi besar sedang terjadi --- bukan sekadar perubahan tren busana, tetapi perubahan cara orang Indonesia melihat, memilih, dan membeli pakaian.

Merek Jepang seperti Uniqlo hadir membawa konsep ritel baru: ringkas, stylish, dan efisien. Tak banyak ornamen, tak ada suara promo yang riuh. Tapi justru di kesederhanaan itu, mereka menangkap selera baru generasi urban yang mencari fungsionalitas tanpa kehilangan gaya. 

Di sisi lain, department store konvensional seperti Matahari dan Ramayana sedang mencari kembali arah---berjuang di tengah derasnya digitalisasi dan perubahan pola belanja.

Pertumbuhan Uniqlo: Strategi Diam-diam Tapi Mematikan

Masuk ke Indonesia pada tahun 2013, Uniqlo kini telah memiliki lebih dari 70 gerai yang tersebar di kota-kota besar dari Jakarta, Bandung, Medan, Makassar hingga Balikpapan. Gerai barunya selalu disambut antusiasme, seperti yang terlihat saat pembukaan store di Grand Batam Mall atau Pakuwon Mall Jogja.

Model bisnis Uniqlo sederhana tapi efektif: tidak banyak model pakaian, tapi stok selalu tersedia. 

Mereka meminimalkan risiko overstock dan diskon besar-besaran. Koleksi LifeWear---dengan dominasi warna netral dan potongan simpel---menyasar siapa saja yang menginginkan kenyamanan dan estetika modern.

Mereka tak hanya menjual baju, tetapi gaya hidup minimalis yang fungsional. Strategi ini menancap kuat pada segmen kelas menengah urban, yang saat ini menjadi tulang punggung konsumen ritel modern Indonesia.

Sementara Itu di Matahari dan Ramayana...

Matahari pernah jadi ikon kelas menengah Indonesia. Berdiri sejak 1958 dan berekspansi gila-gilaan pada dekade 1990-2000-an, gerainya bisa ditemukan di hampir semua kota besar dan sedang. Tapi memasuki era 2020-an, dominasi itu mulai runtuh. Matahari menutup lebih dari 20 gerai dalam dua tahun terakhir, dan meskipun laba masih dicetak lewat efisiensi, sinyal darurat tak bisa diabaikan.

Ramayana pun mengalami gejala serupa. Dikenal sebagai ritel rakyat, Ramayana justru menghadapi dilema saat masyarakat mulai berpaling ke marketplace daring untuk mencari pakaian murah. Konsumen setianya---kelas pekerja dan keluarga kecil---kini mulai bergeser menuju opsi yang lebih praktis.

Namun, keduanya belum menyerah. Matahari sedang mengembangkan konsep store yang lebih ramping dan stylish. Ramayana bereksperimen dengan kolaborasi lokal dan produk private label. 

Tapi tantangannya jelas: bagaimana berbenah sambil tetap mempertahankan basis pelanggan yang mulai menua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun