Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cerita di Balik Saham Unilever yang Tertekan, Tapi Masih Menarik Investor Kakap Memborong

17 April 2025   15:01 Diperbarui: 17 April 2025   20:13 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Di tengah derasnya arus jual beli saham di Bursa Efek Indonesia, ada satu saham yang terus menarik perhatian---bukan karena sedang bersinar, melainkan karena tetap bertahan di tengah tekanan. 

Saham itu adalah PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), emiten raksasa konsumer yang produknya hadir hampir di setiap rumah tangga Indonesia.

Beberapa pekan terakhir, saham UNVR mulai menunjukkan geliat. Harga sahamnya menanjak 15,15% dalam sepekan hingga 15 April 2025, ditutup di angka Rp1.330 per lembar. 

Tapi yang menarik bukan hanya karena harganya naik, melainkan karena ada sebagian investor besar yang justru mengakumulasi saham ini, di saat sebagian yang lain memilih menjual. Apa yang sebenarnya terjadi?

Antara Jual dan Beli: Aksi yang Berlawanan

Tak bisa dipungkiri, beberapa waktu terakhir UNVR banyak dilepas oleh investor, terutama pasca-pengumuman kinerja keuangan yang mengecewakan. 

Penjualan bersih UNVR tahun 2024 tercatat turun 10,1% menjadi Rp35,1 triliun, dan laba bersih anjlok 28,15% menjadi Rp3,4 triliun. Margin keuntungan pun ikut tergerus.

Lebih parahnya lagi, UNVR juga didepak dari indeks MSCI, membuat sebagian investor asing melepas kepemilikannya. Alhasil, tekanan jual makin menjadi.

Namun, di tengah kelesuan itu, beberapa pemodal kakap justru mengisi portofolio mereka dengan saham UNVR. Sebuah sinyal menarik yang menunjukkan bahwa tidak semua pelaku pasar kehilangan kepercayaan pada emiten legendaris ini.

Mengapa Mereka Masih Belanja?

Mari kita tengok beberapa alasannya.

Pertama, Unilever adalah pemain utama di industri fast-moving consumer goods (FMCG). Produk seperti Lifebuoy, Sunsilk, Royco, dan Pepsodent sudah mendarah daging dalam keseharian masyarakat. Brand equity-nya sangat kuat.

Kedua, harga sahamnya yang sempat tertekan menjadikan valuasinya relatif lebih murah dibanding tahun-tahun sebelumnya, meski jika dibandingkan kompetitor, Price to Earning Ratio (PER)-nya masih tinggi di angka 15,2x dan Price to Book Value (PBV) mencapai 23,8x. Bandingkan dengan emiten sejenis seperti ICBP, JPFA, atau SIDO yang rata-rata PER-nya di bawah 10x dan PBV-nya sekitar 1,3x. Jadi secara historis UNVR lebih mahal, tapi kini sudah "diskon" besar dibanding puncak kejayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun