Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Dompet Menipis dan Harapan Menyusut

16 April 2025   08:26 Diperbarui: 16 April 2025   12:08 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Menghitung keuangan. (UNSPLASH/Towfiqu barbhuiya via Kompas.com)

Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang dengan seorang sahabat lama yang kini memilih pensiun dini dan mencoba bertahan hidup dari hasil usaha kecil-kecilan. Ia menghela napas panjang saat bercerita soal penghasilannya yang tak lagi sebanding dengan pengeluaran. 

"Kalau dulu bisa sisihkan sepertiga gaji buat nabung, sekarang? Nambah utang buat bayar sekolah anak aja sudah untung," katanya lirih.

Cerita sahabat saya itu ternyata bukan pengalaman pribadi semata. Apa yang ia alami adalah potret kecil dari kenyataan besar yang sedang melanda banyak warga Indonesia saat ini.

Laporan terbaru Survei Konsumen Bank Indonesia untuk bulan Maret 2025 menyebutkan bahwa keyakinan konsumen Indonesia turun ke titik terendah dalam enam bulan terakhir. 

Gambar ilustrasi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Gambar ilustrasi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Bukan hanya itu, ekspektasi masyarakat terhadap masa depan ekonomi juga ikut merosot---ke level terendah sejak September 2024. Artinya, makin banyak orang merasa kondisi ekonomi ke depan justru akan lebih buruk daripada hari ini.

Saat Tabungan Menyusut, Utang Meningkat

Yang lebih mengkhawatirkan, rasio tabungan masyarakat kini hanya 13,8% dari pendapatan, angka terendah dalam lima tahun terakhir. Bahkan lebih rendah dibanding masa pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi Indonesia sempat masuk ke jurang resesi. Pada masa itu, meski dunia kacau, tabungan masyarakat masih berada di kisaran 14--20%.

Sementara itu, rasio utang konsumen naik menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan. Artinya, ketika penghasilan stagnan dan harga kebutuhan terus naik, banyak orang akhirnya mengambil jalan pintas: utang. Mungkin lewat paylater, pinjaman daring, atau kartu kredit---semuanya menjadi cara agar dapur tetap mengepul.

Ramadan yang Lesu Konsumsi

Biasanya, bulan Ramadan dan Idulfitri menjadi waktu puncak konsumsi masyarakat. Ada THR, ada tradisi belanja, dan tentu saja ada momen kumpul keluarga yang turut menggairahkan roda ekonomi. Tapi tahun ini berbeda. Konsumsi masyarakat di bulan Maret---yang mestinya melonjak---justru hanya naik sedikit. Masyarakat tampaknya menahan diri. Bukan karena belajar hidup hemat, tapi karena memang terpaksa.

Inilah yang disebut para ekonom sebagai sinyal krisis psikologis. Bukan hanya barang-barang mahal yang dikurangi, tapi juga kebutuhan pokok mulai dihitung-hitung. Beli daging pun hanya saat benar-benar perlu. Warung nasi padang langganan pun mulai sepi. Masyarakat kini berbelanja dengan rasa was-was.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun