Setelah sempat dihantam badai sentimen negatif pascalibur Lebaran 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada Kamis pagi (10/4/2025), IHSG melonjak 5,07% dan kembali menembus level psikologis 6.200.Â
Ini adalah rebound yang cukup melegakan setelah sebelumnya mengalami trading halt akibat anjlok lebih dari 8%.
Katalis positif datang dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menunda penerapan kebijakan tarif resiprokal selama 90 hari.Â
Kabar ini disambut hangat oleh pelaku pasar global, termasuk di Bursa Efek Indonesia. Namun, di balik euforia pasar, tersimpan catatan penting yang perlu diwaspadai.
Kilasan Ke Belakang: Dari Anjlok ke Bangkit
Seperti telah kami ulas dalam artikel sebelumnya, "Ketika IHSG Ambrol Saat Libur Lebaran dan Google Bikin Panik", IHSG sempat merosot tajam hingga ke level 5.900-an setelah libur panjang Lebaran.Â
Sentimen negatif datang beruntun: mulai dari kebijakan tarif dagang Trump, penguatan dolar AS yang menembus Rp17.000, hingga kekhawatiran atas stabilitas ekonomi global.
Dalam kondisi itu, pasar bereaksi cepat dan keras, menunjukkan betapa rentannya kepercayaan investor terhadap narasi ekonomi yang selama ini dianggap kuat dan stabil. Data dan aksi pasar membantah optimisme berlebihan.
Euforia Rebound: Relief Rally atau Titik Balik?
Kenaikan tajam hari ini disebut sebagian analis sebagai relief rally---kenaikan jangka pendek yang terjadi karena pelepasan tekanan sebelumnya. Namun, apakah ini pertanda pemulihan berkelanjutan? Belum tentu.
Penundaan tarif selama 90 hari bukanlah solusi jangka panjang. Ini hanyalah jeda, bukan pembatalan. Jika dalam tiga bulan ke depan tidak ada kemajuan diplomatik, ketegangan dagang bisa kembali meletus. Dan pasar bisa kembali terpukul.
Di dalam negeri, tekanan terhadap rupiah masih berlanjut, inflasi berpotensi naik karena harga barang impor lebih mahal, dan ancaman PHK di sektor padat karya belum surut.Â
Pemerintah perlu lebih dari sekadar menenangkan pasar lewat narasi. Diperlukan langkah nyata untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional.