Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Daya Beli Masyarakat Indonesia Melemah; Fenomena Precautionary Saving dan Dampaknya pada Ekonomi

26 Maret 2025   12:57 Diperbarui: 26 Maret 2025   19:07 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daya beli menurun, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Di awal tahun 2025, yang bertepatan dengan bulan Ramadan 1446 H, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang cukup serius dengan melemahnya daya beli masyarakat. 

Padahal, Ramadan biasanya menjadi periode peningkatan konsumsi, terutama untuk kebutuhan pokok, fesyen, serta pariwisata dan hiburan. 

Namun, data terbaru menunjukkan tren yang berbeda tahun ini, di mana konsumsi rumah tangga mengalami penurunan signifikan.

Salah satu faktor utama yang diduga menjadi penyebab kondisi ini adalah meningkatnya precautionary saving, yaitu kecenderungan  masyarakat untuk lebih banyak menabung karena ketidakpastian ekonomi. 

Lalu, bagaimana fenomena ini terjadi? Apa dampaknya terhadap sektor-sektor tertentu? Dan langkah apa yang dapat diambil untuk mengatasinya?

Precautionary Saving: Menabung karena Ketidakpastian

Precautionary saving terjadi ketika individu atau rumah tangga mengurangi konsumsi dan meningkatkan tabungan sebagai langkah berjaga-jaga menghadapi risiko ekonomi di masa depan. Beberapa faktor yang mendorong fenomena ini antara lain:

  • Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri.
  • Ketidakpastian ekonomi global, termasuk fluktuasi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
  • Deflasi dan penurunan harga barang, yang mencerminkan lemahnya permintaan masyarakat.
  • Pelemahan kelas menengah, yang selama ini menjadi pendorong konsumsi domestik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi sebesar 0,76% pada Januari 2025 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat sedang melemah. Hal ini juga tercermin dalam penurunan impor barang konsumsi sebesar 14,24%, yang mengindikasikan berkurangnya permintaan terhadap produk-produk non-esensial.

Beberapa analisis ekonomi menyebutkan bahwa peningkatan precautionary saving menjadi tanda peringatan bagi perekonomian nasional. 

Jika masyarakat terus menahan belanja, maka aktivitas bisnis dan investasi juga akan terdampak, berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Sektor-Sektor yang Tertekan

Fenomena precautionary saving berdampak luas pada berbagai sektor industri. Beberapa sektor yang paling merasakan dampaknya antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun