Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membangun Kembali Kekuatan Ritual yang Hilang di Tempat Kerja

31 Januari 2023   18:32 Diperbarui: 31 Januari 2023   18:35 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Membangun Kembali Kekuatan Ritual yang Hilang di Tempat Kerja (by Merza Gamal)

Satu hal yang dilakukan secara ritual adalah membuat konektivitas lebih mudah dicapai. Contoh  ritual besar di tempat kerja, misalnya, di mana seseorang mengucapkan terima kasih atas apa yang telah dilakukan seseorang pada pekan itu, kemudian meneruskan peran itu kepada orang lain untuk pekan berikutnya.

Cara lain melakukan ritual tempat kerja adalah menyadari bahwa sesuatu yang signifikan telah terjadi, yakni seseorang telah menyelesaikan sesuatu, melewati target yang telah ditetapkan. Misalnya, sebuah perusahaan mengadakan makan malam pertama untuk anggota tim perusahaan yang baru. Dengan demikian, ritual bisa menjadi cara rutin untuk mengakui kebersamaan, mengakui satu sama lain, serta mengenali apa yang, menurut definisi, bukan rutinitas.

Ritual tidak hanya harus menjadi ritus peralihan seperti promosi dan pensiun. Ritual bisa menjadi irama yang lebih sering, yakni setiap hari, setiap minggu. Ritual harian dan mingguan cukup menarik, misalnya dengan mengadakan ritual berkumpul bersama setiap Rabu malam dengan sedikit hidangan makan dan minum serta berbicara santai untuk merekatkan hubungan antar anggota tim.

Penelitian menunjukkan bahwa ritual yang berhasil cenderung memiliki dua aspek. Salah satunya adalah membangun komunitas secara eksplisit. Selain itu, biasanya aspek fisik dalam kebersamaan akan terjadi saling sapa, saling peduli, dan saling bantu, dimana semua itu hilang selama pandemi.

Beberapa perusahaan dengan sengaja mengembalikan aspek fisik itu. Bagi perusahaan yang belum melakukan kembali akan merasa mereka kehilangan sesuatu yang mereka miliki sebelumnya. Kesepian di tempat kerja dan di masyarakat secara lebih luas sudah berada di puncak prapandemi dan kemudian pembatasan kegiatan (PSBB dan PPKM) telah membuat perasaan itu melonjak.

Perlu kita sadari selama pandemi, bahwa ada semacam ketiadaan bentuk di dunia yang selalu aktif dan terpencil di mana Anda tidak dapat membedakan akhir pekan dari hari lain. Kondisi tersebut melelahkan bagi banyak orang. Sebaiknya setiap hari Jumat para pemimpin atau manajer tim berkeliling dan bertanya, "Siapa yang melakukan sesuatu yang keren minggu ini?" Anggota tim harus berbicara dengan bangga tentang hal keren yang mereka kerjakan sendiri pada minggu itu. Kedengarannya tidak terlalu mendalam, tetapi praktik yang sebenarnya, bagian kebiasaan, itulah yang membuatnya menjadi ritual. Anda melakukan sesuatu seperti itu dan segera semua orang mengandalkannya. Dan jika Anda melewatkannya sekali saja, orang-orang akan menyadarinya.

Ritual bisa berarti menyelaraskan dengan suatu tujuan, menyelaraskan dengan sesuatu di luar diri Anda. Pemikiran tentang ritual bisa membangun spiritual di tempat kerja. Lalu, bagaimana tentang ritual yang selaras dengan tujuan di tempat kerja?

Sejauh mana ritual membantu insan perusahaan merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, membantu mereka mendapatkan energi, membantu mereka mengetahui bahwa pekerjaan mereka bukan hanya tentang taktik. Kesadaran yang diperoleh dari bebagai ritual akan membangun spiritual di tempat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun