Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-6)

26 November 2022   06:14 Diperbarui: 26 November 2022   06:17 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (bagian ke-6) - Dokpri

Gustav mengajak kami ke The Romerberg, sebuah alun-alun umum di Frankfurt dengan pemandangan indah dengan berbagai bangunan berdesain mengagumkan yang mengelilinginya. Di tengahnya, terdapat pula yang dikenal sebagai "Air Mancur Keadilan" (Gerechtigkeitsbrunnen). Di sini terdapat pula bangunan-bangunan tua artistik yang dibangun antara abad ke-15 hingga ke-18, walau sebagian sudah tidak asli lagi karena rubuh pada saat perang dunia kedua. Kami pun berphoto-photo di sini. Jika itu terjadi sekarang, pasti sudah langsung diposting ke instagram dan facebook.

Setelah puas menikmati suasana Romerberg dan juga menyantap aneka kuliner unik dan nikmat di sini. Kami pun berjalan ke Hauptwache yang jaraknya tidak jauh Romerberg, hanya perlu berjalan kaki ke arah utara selama kurang dari sepuluh menit saja.

Hauptwache adalah sebuah plaza di pusat kota Frankfurt dengan ikon sebuah menara jam (clock tower) klasik yang dibangun pada 1730. Hauptwache yang indah dipandang itu, ternyata memiliki sejarah yang cukup mengerikan. Bangunan bergaya baroque itu pada abad ke-18 difungsikan sebagai pusat militer dan penjara kota Frankfurt.

Hauptwache sempat  rata dengan tanah akibat serangan bom pada Perang Dunia II. Setelah perang berkahir dan kondisi sudah tenang, pemerintah Jerman merekonstruksi Hauptwache  dan kembali dibuka untuk publik. Sejak adanya stasiun kereta bawah di tahun 1978, Hauptwache pun semakin ramai dikunjungi turis dari seluruh penjuru dunia.

Setelah menikmati Hauptwache, kami pun kembali ke apartment. Tak lama di Apartment, Karen pun pulang. Vera siap-siap mau kembali ke Heidelberg. Setelah aku selesai menjamak shalat dzuhur dan azhar, Aku dan Gustav pun berangkat mengantarkan Vera ke Train Station. Jarak Frankfurt ke Heidelberg di tempuh sekitar satu jam dengan train.

Setelah mengantar Vera, Aku dan Gustav makan malam bersama, lalu Gustav mengantarkanku hingga lobby hotel. Gustav mengatakan dia besok menjemputku dan empat peserta dari negara Asia lainnya untuk berangkat bersama ke kantor pusat Deutsche Bank di Menara Kembar yang dikenal dengan "Deutsche Bank Zwillingstrme" atau "Deutsche Bank-Hochhaus".

Dua hari di Frankfurt bersama Gustav dan Vera, ditambah hari ini dengan kehadiran Karen membuat sesuatu pengalaman yang berbeda dengan kehidupanku selama ini. Kehidupan yang sangat berbeda bersama Ibu yang kukenal sejak aku mengenal dunia dan memiliki memori tentang kehidupan.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun