Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-3)

23 November 2022   07:04 Diperbarui: 23 November 2022   15:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (dokpri)

Gustav tak bergeming tetap mengikutiku dengan membawakan kantong belanjaku. Kami naik lift bersama. Di dalam lift terlihat beberapa orang yang berbisik-bisik melihat ke arah kami. Pasti mereka membicarakan kekembaran kami. Kami sangat mirip, hanya berbeda sedikit pada warna rambut. Rambutku agak hitam kepirang-pirangan, sementara Gustav lebih pirang dari warna rambutku.

Ketika lift terbuka di lantai kamarku berada, aku pun belok kanan menuju kamar diikuti Gustav di sampingku. Tiba-tiba Gustav berhenti dan membuka pintu sebuah kamar sebelum sampai ke kamarku. Aku pun bingung, "ini kamarku sekarang, aku  telah minta pindah kamar di sebelah kamarmu Morgan, agar kita selalu dekat selama di sini." Morgan pun menggeret tanganku masuk ke kamar itu.

"Walaupun kamu tidak mau mengakui kita saudara kembar dari satu ibu dan satu ayah, tetapi aku akan terus mengakuimu sebagai saudaraku sampai kapan pun." Gustav terus menyerocos. Gustav mempersilahkanku duduk. Kemudian dia menuju kulkas dan mengeluarkan dua kaleng bier. Kemudian mengunjukkan satu kaleng ke  tanganku. "Mari kita rayakan malam ini, aku telah membeli beberapa kaleng bier untuk menemani malam kita," katanya.

"Maaf, aku tidak minum bier. Ibuku mengajarkanku untuk tidak meminum alkohol karena kami Muslim." Lalu lanjutku, "Kamu minum saja sendiri, aku akan ke kamarku. Selamat menikmati bier mu dan selamat beristirahat." Aku pun bangkit dan bersiap ke kamarku.

Tangan Gustav pun menahanku, seraya bermohon, "Morgan, please forgive my mistake. I really don't know if you don't drink alcohol. Please be with me while we are here, even if you don't want to acknowledge me as your brother. Let me be happy to find my twins, even if it's just for a moment."

Aku pun tak sampai hati mendengar permohonan Gustav, walau hatiku sedang galau setelah mendengarkan suara kerinduan dan isak tangis Ibuku di telepon tadi.

Bersambung...

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun