Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mimpi Indah Opsi Saham Pekerja Startup

11 Juni 2022   07:27 Diperbarui: 11 Juni 2022   17:11 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja startup. Sumber gambar: unsplash.com/@socialcut

Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan ekonomi di berbagai negara termasuk di Indonesia, dan berdampak terhadap banyak startup yang akhirnya melakukan PHK bahkan tutup. Kejadian ini menimpa startup selama dua tahun terakhir saat pandemi menyebar di seantero dunia.

Beberapa startup di Indonesia, juga telah melakukan PHK, yakni:  Sorabel menutup layanan e-commerce fesyen pada 23 Juli 2020; Gojek memberhentikan 430 orang karyawannya pada 23 Juni 2020 karena merger dengan Tokopedia; Airy Rooms menutup layanannya pada 5 Juli 2020;  Stoqo tutup pada 25 April 2020; Akulaku melakukan PHK pada 15 April 2020, dengan jumlah 100 orang; SweetEscape (fotografi travel) memangkas 30% pegawainya pada 15 April 2020; Traveloka melakukan PHK di awal pandemi (3 April 2020) dengan merumahkan 100 orang.

Beberapa tahun menjelang pandemi Covid-19, bekerja di Perusahaan Startup merupakan salah satu dambaan bagi para fresh graduate. Hal yang menarik pesona untuk bekerja di Startup adalah tawaran Opsi Saham yang menggiurkan para pekerja baru. Akan tetapi, kebanyakan insan baru startup tersebut memiliki pemahaman yang terbatas tentang Opsi Saham.

Mereka seringkali tidak mengetahui bahwa opsi BUKAN ekuitas atau saham di perusahaan. Opsi hanyalah hak bagi insan perusahaan untuk membeli saham di perusahaan dengan harga yang telah ditentukan di masa depan. Atau dengan kata lain, opsi adalah cara membeli saham di startup. Jika perusahaan mampu tumbuh dan sukses, maka opsi saham insan perusahaan bisa menjadi sangat berharga bagi mereka.

Ketika seorang insan bekerja pada startup berpotensi tinggi, opsi saham bisa menjadi jalur luar biasa bagi dia sebagai karyawan untuk membeli saham dengan harga terjangkau. Idealnya, ketika perusahaan menjadi lebih sukses, nilai saham perusahaan akan naik, sementara harga kesepakatan opsi karyawan tetap sama. Dengan kata lain, insan perusahaan bisa mendapatkan kesepakatan tawar-menawar untuk saham yang semakin berharga.

Startup biasanya menyediakan opsi saham melalui Rencana Opsi Saham, yang merupakan dokumen hukum yang merinci hak opsi saham insan perusahaannya. Seperti yang dilakukan oleh GoTo dengan dua program insentif yaitu Program Rencana Insentif Jangka Panjang (long-term incentive plan program) dan Program Kepemilikan Saham (share ownership program) untuk karyawan berupa Program Opsi Saham Karyawan dan Konsultan (Shares Option Program), dimana nantinya GPF (Goto Peopleverse Fund) dan PT SAB (PT Saham Anak Bangsa) masing-masing tercatat memiliki 106.908.291.844 Saham Seri A dan 26.888.988.841 Saham Seri B dari GoTo, seperti tertera dalam prospektus GoTo.

GoTo selaku Emiten akan menerbitkan hak kepada Partisipan Shares Option Program (SOP) yang memberikan kesempatan kepada SOP untuk mengambil bagian atas Saham Seri A baru sebanyak-banyaknya sebesar 16.870.601.100 Saham Seri A ("Saham SOP") atau sebesar-besarnya 1,5% (satu koma lima persen) dari modal ditempatkan dan disetor pada saat pengumuman RUPS yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2021, setiap tahun untuk periode 10 tahun setelah Tanggal Efektif.

Image: Keceriaan pekerja saat perusahaan berkembang (Photo olahan Merza Gamal)
Image: Keceriaan pekerja saat perusahaan berkembang (Photo olahan Merza Gamal)

Steve Blank, seorang asisten profesor di Universitas Stanford, mitra senior di Universitas Columbia, dan dosen di Universitas California, Berkeley dalam Harvard Business Review edisi April 2019 telah mengingatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pemilikan saham pada perusahaan startup abad ke 20 dengan hari ini (abad ke 21).

Menurut penelitian beliau, para pendiri startup abad ke-20 memiliki lebih banyak saham daripada karyawan lainnya, mereka memiliki jenis opsi saham yang sama. Sementara hari ini, terjadi hal sebaliknya, yakni ketika sebuah startup pertama kali terbentuk, para pendiri memberikan diri mereka Penghargaan Saham Terbatas (RSA) alih-alih opsi saham biasa. Pada dasarnya perusahaan menjual saham kepada mereka dengan biaya nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun