Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ada Apa dengan Monkeypox?

31 Mei 2022   07:14 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:45 1838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak yang terinfeksi cacar monyet mendapatkan perawatan medis di pusat karantina milik Dokter Lintas Batas Internasional (Medecins sans frontieres - MSF) di Zomea Kaka, Lobaya, Republik Afrika Tengah, 18 Oktober 2018. Foto: AFP/CHARLES BOUESSEL via Kompas.com

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019, walau sudah mereda, tetapi belum berakhir tuntas hingga saat ini dan disambut dengan beragam penyakit yang bermunculan di berbagai belahan dunia. Kemunculan penyakit-penyakit tersebut tidak bisa dianggap remeh karena beberapa di antaranya membawa dampak yang cukup serius.

Misalnya saja hepatitis akut yang saat ini menyerang anak-anak yang belum jelas diketahui penyebabnya. Belum reda dengan hepatitis akut misterius tersebut, muncul lagi wabah penyakit yang cukup parah dan cukup menakutkan, yaitu monkeypox (cacar monyet).

Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian selama suatu periode dalam upaya intensif untuk menghilangkan cacar. 

Oleh karena itu, penyakit tersebut dinamakan 'monkeypox'. Kasus manusia pertama dari monkeypox tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu cacar monyet pada manusia di negara-negara Afrika tengah dan barat lainnya telah dilaporkan.

Tabung reaksi berlabel
Tabung reaksi berlabel "Virus cacar monyet positif dan negatif" yang diambil pada 23 Mei 2022. (Photo: Reuters/Dado Rovic)

Para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC= Scientists at the Centers for Disease Control and Prevention) melacak beberapa kasus monkeypox yang telah dilaporkan di beberapa negara yang biasanya tidak melaporkan monkeypox, termasuk Amerika Serikat.

Belum jelas bagaimana orang terkena monkeypox, tetapi kasusnya termasuk orang yang mengidentifikasi diri sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. 

CDC telah mendesak penyedia layanan kesehatan di Amerika untuk waspada terhadap pasien yang memiliki penyakit ruam yang konsisten dengan monkeypox, terlepas dari apakah mereka memiliki perjalanan atau faktor risiko spesifik untuk monkeypox dan terlepas dari jenis kelamin atau orientasi seksual.

Kasus monkeypox telah dilaporkan ke WHO sejak 13 Mei 2022 dari 12 Negara Anggota yang tidak endemi virus monkeypox di tiga wilayah WHO. Investigasi epidemiologis sedang berlangsung, namun, kasus yang dilaporkan sejauh ini tidak memiliki hubungan perjalanan yang mapan ke daerah endemi. 

Berdasarkan informasi yang tersedia pada WHO saat ini, kasus terutama tetapi tidak secara eksklusif telah diidentifikasi di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) yang mencari perawatan di perawatan primer dan klinik kesehatan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun