Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengantisipasi Tren Pengunduran Diri Massal

1 November 2021   06:28 Diperbarui: 1 November 2021   08:55 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | envato elements twenty20photos

Menurut Survei McKinsey April 2021, empat puluh persen insan perusahaan mengatakan bahwa mereka mungkin akan berhenti dalam tiga sampai enam bulan ke depan. Delapan belas persen responden mengatakan niat mereka berkisar dari kemungkinan hingga hampir pasti. 

Penelitian ini dilakukan pada lima negara (Australia, Kanada, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat) dan hasilnya secara luas konsisten di seluruh industri.

Di antara insan perusahaan yang disurvei, 36 persen yang telah berhenti dalam enam bulan terakhir melakukannya tanpa memiliki pekerjaan baru. Hal tersebut menunujukkan terjadinya pengurangan besar insan perusahaan yang berbeda secara fundamental dari siklus penurunan dan pemulihan sebelumnya, dan tanda lain bahwa pengusaha mungkin tidak mengetahui betapa sulitnya 18 bulan terakhir bagi pekerja mereka.

CNBC pada tanggal 13 Oktober 2021 juga melaporkan bahwa dari bulan ke bulan terjadi peningkatan pengunduran diri masal di Amerika Serikat.

Tren ini tidak hanya siap untuk berlanjut tetapi bisa menjadi jauh lebih buruk. Di antara insan perusahaan yang mengatakan bahwa mereka kemungkinan besar akan meninggalkan pekerjaan mereka dalam tiga hingga enam bulan ke depan, hampir dua pertiga menambahkan bahwa mereka akan melakukannya tanpa menunggu adanya pekerjaan baru.

Para CEO mungkin tergoda untuk menghibur diri dengan kenyataan bahwa 60 persen insan perusahaan dalam survei dan berita tersebut mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mungkin berhenti dalam tiga hingga enam bulan ke depan. 

Tetapi pengusaha juga tidak boleh mempertimbangkan 60 persen ini "aman" dari prospek pengurangan. Pilihan semakin meningkat, dan dengan semakin banyak perusahaan yang menawarkan pilihan kerja jarak jauh untuk sumber daya yang sulit diperoleh, para insan perusahaan tersebut dapat mengubah niat mereka.

Untuk membendung arus, eksekutif senior harus memahami mengapa insan perusahaan pergi. Banyak yang berjuang untuk melakukannya. Misalnya, ketika pengusaha dan CEO ditanya mengapa insan perusahaan mereka berhenti, mereka menyebutkan kompensasi, keseimbangan kehidupan kerja, dan kesehatan fisik dan emosional yang buruk.

Namun ternyata apa yang dipikirkan para CEO berbeda dengan alasan insan perusahaan mengapa mereka pergi. Tiga faktor teratas yang dikutip insan perusahaan sebagai alasan untuk berhenti adalah karena mereka tidak merasa dihargai oleh manajer mereka (54 persen) atau organisasi mereka (52 persen) atau karena mereka tidak merasa memiliki di tempat kerja (51 persen).

Pemutusan hubungan antara pengusaha dan insan perusahaan terjadi saat ini karena insan perusahaan jauh lebih memprioritaskan faktor relasional, sedangkan pengusaha lebih cenderung fokus pada yang transaksional.

Penelitian McKinsey juga menggarisbawahi banyak cara pandemi telah mengubah apa yang diharapkan insan perusahaan dari pekerjaan. Lansekap akan terus berubah saat perusahaan mencoba pendekatan kerja hybrid baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun