Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membangun Koneksi yang Lebih dalam dan Beragam

17 September 2021   08:06 Diperbarui: 17 September 2021   08:07 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Good Role Model & Koneksitas Team yang Mendalam (File by Merza Gamal)

Hubungan interpersonal yang kuat akan mendukung kemampuan beradaptasi, karena manusia membutuhkan koneksi yang bermakna untuk bertahan hidup dan berkembang. Jaringan komunitas bahkan dapat mempengaruhi umur panjang, penelitian menunjukkan.

Seorang insan perusahaan biasanya menjalani rutinitas kerja harian secara aktif terlibat dengan tugas dan secara tidak langsung terlibat dengan rekan kerja untuk membantu eksekutif perusahaan mencapai tugas tersebut. Akan tetapi penekanan itu salah tempat karena kurangnya perhatian kepada rekan kerja sebenarnya kontraproduktif baik bagi Kesehatan mental maupun produktivitas di tempat kerja.

Berbagai penelitian telah menemukan bahwa hubungan yang mendalam dan beragam yang memberikan dukungan sosial adalah elemen mendasar dalam membangun kesehatan mental dan pembelajaran, terutama selama periode ketidakpastian dan stres yang meningkat.

Seorang pemimpin harus mampu menciptakan kekuatan koneksi yang bermakna bagi anggota tim. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh pemimpin untuk membina hubungan yang lebih dalam, yaitu:

1. Berikan perhatian penuh pada saat bertemu. 

Ketika dalam percakapan, kita sering membiarkan pikiran kita menerawang, atau kita melakukan banyak tugas dengan memeriksa telepon, WA atau email kita. Perhatian penuh membutuhkan penyetelan kesadaran kita terhadap orang lain dan mendengarkan secara mendalam, tanpa menghakimi. Ketika orang merasa didengar, mereka juga bisa mendengar kita.

2. Biarkan diri kita menjadi rentan.

Tampil sebagai diri sejati dan bersedia untuk berbagi ketakutan, kekhawatiran, dan ketidaksempurnaan kita. Meskipun bisa terasa berisiko untuk diekspos, proses ini selalu merupakan salah satu pilihan yang disengaja.

3. Tunjukkan empati, tetapi jangan berhenti di situ.

Empati saja tidak cukup. Para pemimpin dapat belajar untuk menyalurkan jenis empati yang tepat, yang melibatkan pertimbangan perspektif insan lain tanpa terganggu dari situasi yang dihadapi atau, berpotensi, menggunakan energi diri sendiri untuk perasaan yang tidak menyenangkan. Setelah kita dapat memahami perspektif orang lain, kita akan menjadi sadar akan tindakan terbaik.

4. Temui orang lain dengan belas kasih.

Jika kita memperhatikan rasa sakit orang lain, baik fisik, mental, atau sosial, maka tunjukkan niat kita untuk mengambil tindakan suportif. Pada saat yang sama, sadarilah bahwa kita tidak pernah dapat sepenuhnya memahami apa yang mereka alami, jadi tetaplah berpikiran terbuka. Sementara tindakan kebaikan umum dihargai, belas kasih lebih bernuansa dan spesifik untuk kebutuhan individu.

Keempat tindakan tersebut telah dilakukan oleh banyak pemimpin yang telah berhasil mengubah cara mereka terhubung dengan anggota tim dengan mempertimbangkan cara-cara yang dijelaskan di atas. Misalnya, kepala operasi plastik di sebuah rumah sakit besar di Amerika Utara diminta untuk mensponsori salah satu kohort (kelompok yang digunakan sebagai bagian dari studi penelitian yang terdiri dari beberapa insan yang memiliki kesamaan karakter) baru rumah sakit tersebut.

Selama latihan berlangsung, kepala operasi plastik tersebut kurang senang karena seorang anggota tim menunggu sampai akhir dari proses konsultasi selama tiga minggu sebelum menentang protokol keselamatan baru yang ingin diterapkan oleh kelompok tersebut.

Awalnya frustrasi, kepala operasi tersebut bertanya mengapa dia menunggu sampai menit terakhir. Namun, saat dia lebih banyak merenung, dia menyadari bahwa dia telah gagal menciptakan lingkungan yang cukup aman bagi anggota tim untuk menyampaikan kekhawatirannya. Dia menyadari bahwa dia telah mencoba meyakinkan semua orang untuk mengambil tindakan tertentu tetapi gagal menciptakan suasana di mana orang dapat mendiskusikan pandangan mereka secara terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun