Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Makna Bekerja dalam Pemahaman Corporate Spiritual

26 November 2020   04:40 Diperbarui: 26 November 2020   21:19 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang yang mempunyai keyakinan terhadap agama dan kepercayaannya, secara spiritualitas ingin memliki kehidupan yang bermakna di hadapan Sang Pencipta. Ada tiga pertanyaan penting yang mendasar untuk memahami makna kehidupan, yakni:

1) Dari mana dan hendak ke mana;

2) Untuk apa;

3) Bagaimana.

Ketiga pertanyaan tersebut bagi orang beriman terhadap keyakinan agamanya tentu akan menemukan jawaban no 1) adalah dia datang dari Tuhan dan akan pulang kembali kepada Tuhan-nya. Kemudian selama kehidupannya di dunia, sebelum kembali kepada Tuhan-nya akan melakukan hal-hal terbaik sebagai pengabdian terhdap Tuhan-nya sebagai jawaban no. 2). Hal tersebut dilakukan dengan memberikan manfaat bagi sesama makhluk Tuhan  dan alam semesta sebagai jawaban no. 3).

Dalam keyakinan Islam, sebagai contoh, dinyatakan bahwa "Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali" (Q.S. al-Baqarah [2]:156) sebagai jawaban no. 1). Dan sebagai jawaban no. 2) telah tegas dinyatakan bahwa "Dan tidaklah Kami ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku" (Q.S Adz-Dzariat [51]: 56). Serta sebagai jawaban no. 3) dinyatakan bahwa "Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang paling baik perbuatannya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (Q.S. Al-Mulk [67]: 1-2).

Dengan terjawabnya ketiga pertanyaaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya setiap manusia menjalani catwalk kehidupannya mulai dari kelahirannya hingga kematiannya sebelum menghadap Tuhan-nya adalah berbuat yang terbaik selama kehidupannya yang menjadi manfaat bagi sesama dan alam semesta. Namun, dalam perjalanannya, tidak jarang, terjadi dis-orientasi yang menggangu perjalanan kehidupannya.

Catwalk kehidupan seorang manusia dari kelahiran hingga kematiannya dapat digambarkan sebagiamana pada Gambar 1.

Dalam pemahaman spiritualitas, makna bekerja bukan hanya bertujuan untuk mengisi waktu dan mencari penghasilan semata, namun ada hal yang lebih besar daripada kedua tujuan tersebut. Bekerja, secara spiritualitas, dapat dimaknai sebagai jalan berdakwah dan berjihad di jalan Sang Maha Pencipta.

Bekerja sebagai bagian dakwah adalah sesuai dengan fungsi manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Sebagai contoh dalam ajaran Islam disampaikan bahwa, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; seorang pria adalah pemimpin di keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; seorang wanita adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; (bahkan) setiap pembantu adalah pemimpin terhadap harta majikannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya itu." (HR al-Bukhari dan Muslim.)

Sebagai seorang pemimpin, seseorang yang memiliki nilai-nilai spiritual dalam kehidupan tentu akan mewujudkan kepemimpinannya melalui bekerja. Bekerja akan membuat seseorang dapat melakukan amal kebaikan dan menjauhi larangan Tuhan-nya seperti berbuat tidak disiplin dalam menunaikan tugasnya, tidak jujur dalam bertindak, mengambil yang bukan hak-nya dalam melaksanakan kewajibannya.

Sementara, arti jihad dalam makna bekerja adalah sebagai seorang manusia yang memiliki pondasi spiritualitas, maka dia harus memperjuangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya dan kehidupan orang banyak serta semesta alam. Sebagai contoh dalam ajaran Islam disampaikan bahwa "Janganlah seseorang diantara kalian bermalas-malasan untuk mencari rejeki. Sementara dia selalu berdoa "ya Allah berilah aku rejeki", kalian  sudah tau bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas ataupun  perak" (Ihya Ulumiddin 2/351).

Makna jihad dalam bekerja juga dapat dibaca pada sebuah riwayat Rasulullah SAW berikut. Suatu ketika Nabi SAW dan para sahabat beliau melihat seseorang yang bekerja dengan sungguh-sungguh. 

Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kalau saja orang ini (berjihad) di jalan Allah (maka tentu lebih baik baginya)." Selanjutnya, Nabi SAW berkata, "Jika ia keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil maka ia (berjihad) di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk kedua orang tuanya yang sudah renta maka ia (berjihad) di jalan Allah. (Bahkan), jika ia keluar bekerja untuk dirinya sendiri untuk menjaga kehormatan dirinya (tidak bergantung kepada orang lain) maka ia (juga berjihad) di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja karena riya` dan kesombongan maka ia berada di jalan setan." (HR al-Thabrani)

Dengan menancapnya spiritualitas memaknai kerja dalam sanubari insan perusahaan, menjadikan mereka bekerja untuk mencapai sesuatu yang lebih baik berbasiskan pada nilai-nilai ibadah sebagaimana Gambar 2.

dokpri
dokpri
Dengan memahami makna bekerja dalam pemahaman spiritualitas, maka tempat kerja dapat menjadi Panggung Kontes Perbuatan amal ibadah social seseorang. Berdasarkan pengalaman orang-orang yang bekerja di kota besar denga segal kesibukannya dari pagi hingga pulang ke rumah lagi di malam hari, mayoritas waktu (87,5%) untuk bekerja di kantor atau tempat pertemuan lain yang berkaitan dengan pekerjaannya. Asumsi: Hidup sehari 24 jam yang dipergunakan untuk 8 jam untuk tidur, 2 jam untuk lain-lain, 14 jam untuk bekerja (berangkat jam 06.00 dan kembali jam 20.00). Apabila memperhitungkan hari libur (Sabtu-Ahad), tetap saja mayoritas waktu (62,5%) adalah waktu bekerja.

Oleh karena itu, akan sangat rugi jika area yang mendominasi panggung kontes perbuatan tidak kita isi dengan hidup bermakna di tempat kerja. Dan, Insan-insan perusahaan yang menggunakan pondasi spiritualitas dalam bekerja akan menjadi kumpulan para sufi yang menganut sikap berjuang terus dengan hati yang tidak memiliki keterikatan dan keinginan pribadi pada dunia semata, tetapi mempunyai tujuan hidup dan bekerja sebagai pengabdian selama hidup di dunia sebelum kembali ke Tuhan-nya.

Penulis,

Merza Gamal

Author of Change Management & Cultural Transformation

Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun