Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Narasi Kita dan Indeks Demokrasi

18 Juni 2021   15:01 Diperbarui: 18 Juni 2021   15:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia global kita mengenal indeks demokrasi. Indeks yang disusun oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwa pada tahun 2020  Norwegia adalah peraih  skor tertinggi yaitu 9,81 dan angka itu membuatnya meraih indeks tertinggi di dunia.

Posisi kedua adalah Islandia dengan skor 9.37 dan beberapa neagara Eropa lain memperoleh skor yang cukup baik untuk demokrasi. Sedangkan negara dengan indeks terendah dalam hal demokrasi adalah Korea Utara dnegan 1.08. Sedangkan rerata indeks demokrasi itu adalah 5.37.  Indonesia sendiri mencapai indeks 6.3.

Meski begitu, banyak orang yang tidak tepat dalam membaca indeks. Antara lain melihat fenomena Korea Utara yang rendah dimana faktor negara dan kepemimpinanlah sebagai penyumbang indeks demokrasi rendah. Namun banyak faktor yang menjadikan indeks demokrasi sebuah negara menjadi rendah.

Amerika Serikat misalnya adalah negara yang mengalami penurunan indeks demokrasi. Bukan  saja karena media sosial yang sering dipakai secara salah di negara itu, tetapi juga karena isu Covid -19 yang diterima dan disebarkan secara salah oleh mereka.

Penulis EIU menyebutkan bahwa Pandemi membuat banyak pihak mengecualikan beberapa komponen dalam masyarakat dari diskusi penting seperti covid ini. Sebagian dari sentimentasi media dan kecenderungan mereka mengakses media dan media sosial. Sebagian lagi karena kepentingan pihak tertentu soal Covid 19 ini.

Di Indonesia sendiri, demokrasi sering disalahpahami dan disalahgunakan. Era reformasi yang memungkinkan kita bisa memperoleh informasi secara bebas dan mudah, membuat kita dengan gampang menyerang pribadi, mencaci maki orang lain, memprovokasi dan menyebarkan hoax dan mengumbar kebencian.

Kita juga seringkali berkubang pada politik identitas yang ditiupkan oleh sebagian pihak termasuk tokoh-tokoh agama. Padahal ranah politik dan ranah agama sering amat berbeda dan saling menyingkur .

Jadi jika kita sering melakukan ujaran kebencian dan menyebarkan narasi yang kurang pantas di media sosial kita, atau terus menerus menyoal politik identitas kita, mungkin kita adalah pihak yang menyumbang indeks demokrasi negara ini menurun.

Jadi, pahami demokrasi dengan baik, dan gunakan narasi secara benar.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun