Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buang Hoaks, Capai Kemajuan Indonesia

7 Oktober 2020   11:10 Diperbarui: 7 Oktober 2020   11:25 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat kasus Ratna Sarumpaet ? Satu kisah konyol yang dilakukan oleh orang yang seharusnya jadi panutan karena dia dekat dan terkoneksi dengan banyak orang melakukan kebohongan yang tidak saja memantik kegaduhan tetapi juga memancing masyarakat melakukan ujaran kebencian satu pihak kepada pihak lain.

Pada September 2018 , Ratna mengabarkan pesan kepada anaknya bahwa dirinya berada di Bandung dan dianiaya oleh sekelompok orang yang bertubuh kekar. Penganiayaan itu menurutnya meninggalkan luka lebam yang cukup parah. Ratna kemudian mengirim fotonya melalui gawai untuk menunjukkan luka lebamnya.

Karena dianggap menderita luka serius, keluarganya menceritakan apa yang  sedang dialami oleh Ratna kepada para koleganya. Tak tanggung-tanggung capres (waktu itu ) Prabowo Subianto bersama sejumlah tokoh melakukan konferensi pers karena Ratna adalah salah satu relawan untuk pemenangan Prabowo (Badan Pemenangan Nasional --BPN) yang akan maju pada kontestasi Presiden 2019. Saat konferensi pers, Prabowo meminta aparat segera mengusut tuntas kasus itu. Beberapa tokoh semisal anak Amien Rais mengeluarkan pernyataan yang terkesan merendahkan aparat yang seakan abai melindungi warga negaranya. Pernyataan anak Amien Rais itu (Hanum Rais) spontan memancing reaksi berbagai pihak baik pro maupun kontra dan mereka melakukan ujaran kebencian satu pihak ke pihak lainnnya, termasuk saat kasus ini masuk ke pengadilan.

Tak memakan waktu lama  terungkap bahwa Ratna melakukan kebohongan soal lebamnya itu; dia tidak di Bandung melainkan di sebuah klinik kecantikan di Jakarta dan sedang melakukan operasi plastik. Lebam-lebam yang dideritanya itu adalah sebuah proses dari operasi yang dilakukannya. Dalam beberapa hari lebamnya akan berkurang dan wajahnya akan normal lagi. Singkat kata Ratna melakukan hoax , kabar kebohongan yang disebarkan melalui media sosial. Dia mengaku merekayasa soal penganiayaan dirinya dan berharap kegaduhan segera berakhir.

Ratna dalam pengakuannya (di persidangan) menyebut bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu kebodohan yang tak sengaja dilakukan olehnya. Dia juga tidak mengira bahwa perbuatannya itu menimbulkan kegaduhan dan memecah masyarakat. Apalagi waktu itu menjelang Pilpres yang memungkinkan isu tak benar menjadi benar, atau yang benar menjadi tak benar. Begitu juga orang yang merasa terzalimi seperti Ratna (melalui Hanum Rais) akhirnya cuma untuk menggaet emosi. Sedangkan orang yang benar-benar terzalimi tapi justru dihakimi. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa banyak tokoh yang tidak bijak dalam melihat persoalan dan kemudian melontarkan ke media sosial. Masyarakat yang tidak teredukasi digital dengan baik serta mempercayai gossip yang beredar dan tidak mampu membedakan mana fakta dan amana hoax.

Situasi ini sangat tidak elok karena meski demokrasi menjamin kebebasan berpendapat, namun kebebasan berpendapat ini harus juga dilandasi dengan kebenaran  dan berpijak fakta. Bangsa kita ini terlalu sering dilanda provokasi dan hoax atas banyak hal termasuk seperti kasus Ratna Sarumpaet itu. Provokasi dan hoax itu kadang menyulut anarki atau kekerasan.

Karena itu mari bersama-sama untuk membuat demokrasi kita berada pada rel yang benar. Indonesia yang damai ini adalah buah kerjakeras pahlawan-pahlawan kita. Indonesia memang harus diselamatkan , terutama menyelamatkan masyarakat dari narasi yang mudah memecah belah dan merusak persatuan . Menyelamatkan Indonesia adalah membangun persatua tanpa tendensi dan ambisi. Mari satukan tekad bagi kemajuan  Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun