Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Momentum Memuliakan Allah dan Sesama

31 Juli 2020   17:51 Diperbarui: 31 Juli 2020   17:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Ibrahim AS punya julukan 'khalilullah" (kekasih Allah) , seorang nabi besar yang sangat mengasihi Allah melebihi orang lain. Nabi Ibrahim mendapat ujian berat dengan perintah Allah yang meminta agar dirinya menyembelih anak yang dikasihinya. 

Perintah Allah itu hakekatnya mengingatkan kita semua bahwa anak adalah titipan dari Allah- betapapun kita merasa memiliki dan membesarkannya dengan sungguh-sungguh dan berbiaya sangat mahal. Kita sekolahkan di tempat terbaik dan perkembangannya sangat membutuhkan perhartian kita.  Begitu juga jika kita merasa anak yang kita punya itu sudah melewati banyak rintangan dan halangan. Semua itu adalah amanah yang Allah berikan kepada kita yang kapanpun bisa diambil olehNYA.

Ibrahim seperti tipikal seorang nabi besar berhasil meluruhkan egonya dan mematuhi perintah Allah dengan penuh ketulusan dan ketaatan yang besar.  Allah adalah zat suci yang dicintai oleh Ibrahim dan sadar bahwa Allah adalah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan itu. Bukankah makna qurban adalah pendekatan diri (kepada Allah)?

Karena itu aktualisasi pendekatan diri itu adalah relasi sosial kit kepada sesama manusia. Kita melihat banyak orang yang memuliakan Allah dengan ketaatan yang luar biasa tapi mengabaikan relasinya dengan sesama. Itu adalah contoh yang buruk bagi umat yang memuliakan dan dimuliakan Allah. Bukankah Allah sangat menghargai manusia dan nyawanya, seberapapun buruknya manusia itu melawan terhadap Allah. 

Dalam hal ini mungkin kita bisa bercermin dari bagaimana Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk mengganti Ismail yang sudah siap disembelih oleh Nabi Ibrahim dengan seekor domba gemuk yang tiba-tiba saja ada di bebatuan itu. 

Penggantian Ismail dengan domba sejatinya adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk nyawa manusia adalah hal yang diharamkan padahal pada zaman itu pertumpahan darah dan menjadikan nyawa manusia menjadi kurban adalah hal lumrah -- nyawa manusia seperti tidak terlalu bernilai bagi manusia lainnya-. 

Tapi Allah tetap memuliakan manusia dengan menghargai keberadaannya.  Penggantian Ismail dengan domba berarti bahwa manusia jauh lebih berharga dibanding hewan.

Merujuk hal itu maka hari raya qurban hakekatnya kita memuliakan Allah sekaligus memuliakan sesama. Caranya dengan hidup harmoni dengan sesama , penuh kebersamaan dan saling menjaga ketaatan dan kepatuhan terhadap Allah . Itulah makna qurban sesungguhnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun