Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Jadi Penyebar Damai

10 Oktober 2019   05:07 Diperbarui: 10 Oktober 2019   05:08 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu ini kita dihebohkan pada pro dan kontra soal buzzer. Buzzer dianggap negative oleh sebagian besar masyarakat. Penilaian ini bukan tanpa dasar karena masyarakat sudah menyaksikan sendiri bagaimana buzzer sangat berpengaruh pada suasana kebangsaan Indonesia sewaktu Pemilu 2019 berlangsung.

Kampanye dan Pemilu 2019 berlangsung amat hiruk pikuk dan membuat banyak orang bingung karena banyak sekali disinformasi yang terjadi. Sebagain besar disinformasi itu dilakukan oleh buzzer tidak hanya oleh buzzer satu pihak tetapi juga dua pihak (yang berkompetisi dalam Pilpres)

Mereka melakukan kreasi opini sampai pada penggalangan opini . Lalu mereka juga melakukan penggiringan opini kepada masyarakat. Satu pihak menyerang pihak lain dan membalasnya. Begitu seterusnya sampai suara masyarakat terbelah.

Keterbelahan masyakarat juga teramplifikasi oleh buzzer  (anonym maupun teridentifikasi) sehingga kian bergema. Akibatnya memang runyam yaitu adanya saling serang dan akhirnya saling benci antar masyarakat. 

Seorang kakak membenci adiknya karena pilihan politik berbeda. Atau seorang sahabat menarik dirinya ketika pilihannya berbeda dengan sebagian besar teman-teman lamanya.

Hal itu diperparah dengan penggunaan kampanye hitam yang mengandung fitnah bagi lawan, disamping negative campaign yang memang sering dipergunakan untuk mempermalukan lawan. 

Mula-mulai tokoh di partai politik kemudian diikuti oleh para konstituen. Situasinya begitu runyam karena situasi ini berlangsung nyaris dalam waktu yang lama yaitu setahun.

Kini situasi berlangsung membaik dan pulih lagi seiring dengan waktu, meskipun di sana sini masih terdengar orang yang belum move on dari situasi pilpres dengan mengolok-olok presiden terpilih atau sosok yang tersingkir dari pilpres.

Karena itu mungkin kita musti belajar dari kesalahan masa lalu. Sebaran informasi negative zaman pilpres mungkin harus kita ubah dengan sebaran konten yang positif yang menyejukkan dan membuat damai. 

Konten bisa soal agama yang positif dan tidak memecah belah. Begitu juga soal keberagaman yang kita punya juga bisa disebarkan dengan memberi contoh-contoh tentang Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. 

Bukankah itu yang mula-mula kita harus pelajari di sekolah soal landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia ? Menyebarkan kedamaian untuk seluruh bangsa di dunia.

Dengan begitu orang dan masyarakat lebih positif melihat kehidupan dan masa depan Indoensia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun