Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghormati Perbedaan Menjadi Pribadi Toleran

21 Januari 2018   14:10 Diperbarui: 21 Januari 2018   14:20 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - BataraNews.com

Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi. Indonesia juga merupakan negara yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan perbedaan. Karena perbedaan membuat kita semakin dewasa, dalam memahami negara kesatuan republik Indonesia. Apalagi, Tuhan menciptakan Indonesia terdiri dari bersuku-suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua. 

Tuhan juga menciptakan manusia berbagai macam karakter yang berbeda. Tak heran jika kita diminta untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Saling mengenal ini tidak hanya sebatas tahu nama dan tinggal, tapi juga harus tahu bagaimana adat istiadatnya, agamanya, hingga latar belakang yang lain. Dengan saling mengenal ini, diharapkan akan saling toleran satu dengan yang lain.

Meski keberagaman itu melekat pada Indonesia, bukan berarti manusianya juga ikut menghargai atau menjaga keberagaman. Terbukti, masih saja ada pihak-pihak yang mempersoalkan keberagaman yang ada di Indonesia. Kelompok intoleran yang masih saja memanfaatkan berbagai hal, untuk memprovokasi masyarakat. Di tahun politik seperti sekarang ini, kelompok intoleran dan radikal berpotensi mengganggu stabilitas Indonesia. 

Mereka diperkirakan akan terus mengganggu dengan menyebarkan informasi hoax dan ujaran kebencian. Hal ini dimaksudkan, agar masyarakat yang awalnya cukup toleran bisa berubah menjadi intoleran.

Jika mengacu pada pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, semua orang bisa bebas mencaci, menjelekkan orang lain hanya karena berbedap pandangan politik. Sama sekali tidak ada upaya untuk saling menghargai antar sesama. Para pendukung paslon bisa melakukan caci makian secara terbuka.  Dampak dari itu semua, tidak ada lagi keramahan dalam diri kita. 

Tidak ada lagi lagi rasa saling menghormati antar sesama. Yang ada rasa saling menjatuhkan. Padahal, pilkada seharusnya bisa dijadikan ajang untuk pencarian pemimpin lokal, yang jujur, adil dan bertanggung jawab.

Mari kita introspeksi. Sudahkah kita menjadi toleran? Sudahkah kita saling menghargai antar sesama? Atau sebaliknya, kita justru sibuk saling hujat dan menjelekkan orang lain? Ingat, kita tinggal di negara yang toleran. Dari kecil kita dididik untuk menjadi toleran. Dari kecil kita dididik untuk saling menghormati. Jika setelah dewasa kita menjadi intoleran, hanya karena provokasi di media sosial, tentu sangat disayangkan. 

Adat istiadat kita mengenal istilah gotong royong. Dalam gotong royong itu kita saling peduli, saling membantu dan saling mengerti. Jika kita tidak mengikut kultur yang berkembang di Indonesia, tentu keharmonisan dan kedamaian itu akan sulit diwujudkan.

Belajarlah menjadi toleran. Tidak ada gunanya, jika Anda masih terus mempertahankan pemahaman yang salah itu. Hilangkan perasaan paling benar sendiri. Hilangkan pemahaman bahwa mayoritas harus berkuasa, sementara minoritas tidak punya hak untuk berkuasa. Padahal, Tuhan memberikan kesempatan yang sama. Baik itu kepada pihak mayoritas ataupun minoritas. Jadilah orang yang logis. 

Karena Tuhan telah memberikan manusia akal dan pikiran, yang seharusnya bisa melahirkan pola pikir yang logis. Dan menghormati perbedaan, merupakan salah satu tindakan yang logis. Karena Tuhan menciptakan Indonesia terdiri dari berbagai macam keberagaman. Tidak hanya suku yang beragam, agama, bahasa dan budayanya pun juga beragam. Karena itulah, menjadilah pribadi yang toleran, agar Indonesia tidak berubah menjadi negara intoleran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun