Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Sapu, Komitmen dan Kesadaran Melawan Radikalisme

14 Oktober 2017   14:00 Diperbarui: 14 Oktober 2017   14:24 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya Indonesia - http://rilis.id

Sapu merupakan alat untuk membersihkan kotoran. Dalam perkembangannya, bahan sapu bisa terbuat dari macam-macam, tergantung untuk membersihkan apa. Jika untuk membersihkan lantai, mungkin diperlukan sapu yang bahannya dari yang bisa membersihkan debu. Jika untuk membersihkan halaman di luar, mungkin perlu sapu dari lidi. Agar kotoran seperti daun kering, ranting, dan kotoran yang kasar bisa ikut tersapu. Itulah sapu. Namun, apakah itu sapu ijuk ataupun sapu lidi, menggunakan material yang tidak satu. Menggunakan banyak ijuk ataupun banyak lidi. Jika hanya satu ijuk atau satu lidi, tentu mustahil untuk bisa membersihkan kotoran. Sapu hanya berfungsi baik, jika terdiri dari banyak ijuk atau lidi, kemudian diikat dengan sangat kuat. Sehingga lidi atau ijuk itu tidak akan mudah lepas dan  mudah untuk membersihkan kotoran.

Filosofi sapu ini juga bisa diaplikasikan dalam berbagai hal. Jika ingin membersihkan paham radikalisme, yang telah disebarkan melalui dunia maya dan dunia nyata, diperlukan komitmen yang kuat dari semua orang. Tidak bisa hanya komitmen satu dua orang saja. Tidak bisa hanya mengandalkan Densus 88 atau pemerintah saja. Diperlukan komitmen semua pihak, dari berbagai elemen untuk menyatakan perang melawan radikalisme dan terorisme. Ketika komitmen dari beragai macam elemen masyarkat ini disatukan, akan kuat seperti sapu yang mampu untuk membersihkan kotoran. Jikan komitmen itu hanya muncul dari satu atau dua orang saja, niscaya akan sulit menghilangkan paham kekerasan yang mengatasnamakan agama itu.

Untuk bisa mendapatkan komitmen, tentu harus ada kesadaran secara bersama. Lihat apa yang dilakukan oleh kakek nenek kita, para pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tanpa adanya kesadaran untuk mendapatkan kemerdekaan dari masyarakat ketika itu, pasti tidak ada negara seperti Indonesia. Karena adanya kesadaran untuk merdeka itulah, Indonesia bisa merdeka dan berkembang seperti sekarang ini. Dan karena ada kesadaran itu pula, kemerdekaan itu harus diisi dengan berbagai aktifitas yang kreatif, yang inovatif, yang bisa bermanfaat untuk kepentingan semua pihak.

Jika dalam proses mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, ada pihak-pihak yang mengisinya dengan ujaran kebencian, dengan tindakan intoleran, dengan merakit bom, tentu menjadi tugas kita bersama untuk membersihkannya. Bagaimana cara membersihkannya? Mari kita menggunakan filosofi sapu. Masifnya penyebaran paham radikalisme, harus dilawan secara masif pula dari semua masyarakat. Jika untuk membersihkan kotoran perlu banyak lidi, maka untuk membersihkan paham radikalisme, perlu banyak komitmen dan kesadaran dari masyarakat. Jika semua itu terjalin kuat seperti sapu, niscaya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia akan hilang.

Lalu, adakah komitmen dan kesadaran untuk melawan radikalisme dan terorisme di Indonesia? Negeri ini pada dasarnya sudah mempunyai filter sejak dulu. Pancasila dan agama yang ada di negeri ini, pada dasarnya merupakan filter yang paling efektif, untuk mencegah penyebaran paham kekerasan. Tinggal sekarang kembali pada diri kita sendiri. Jika kita tidak ada kesadaran untuk menerapkan Pancasila dan ajaran agama dalam keseharian, maka 'sapu-sapu' yang sudah ada di berbagai pelosok negeri ini, tidak akan terpakai. 'Sapu-sapu' toleransi harus digerakkan oleh semua pihak, untuk melawan praktek intoleransi, yang mengotori negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun