Barangkali, tidak ada perpisahan yang menyenangkan untuk dirayakan daripada sepasang kekasih yang berpisah dalam keadaan masih saling mencintai. Dan kemudian mereka saling bertanya "mengapa cinta ini tidak cukup kekal untuk menjadikan dua orang manusia bersama selamanya?"
"Sayang cobalah mengerti, aku khilaf. Aku tak mau ini pertemuan terakhir plis plis plis..." kata si lelaki.
"Mungkin bukan pertemuan terakahir. Tapi ini adalah ujung perjalanan cinta kita" jawab si wanita
Panggung perpisahan telah dipersiapkan, tanpa penonton, tanpa sebuah prolog yang panjang dan membosankan.Â
Seperti kata Arsene Wenger "Jika kau memiliki sebuah hubungan, maka perlakukan hubungan itu dengan serius. Seolah kau akan bersama selamanya. Namun jangan terlalu bodoh menganggap bahwa hubungan itu tidak akan berakhir"Â
Tapi Arsene Wenger tidak ada hubungannya dengan cerita ini.
Dan sepasang kekasih itu ditindih bebatuan kenangan yang begitu berat.Â
"Kita tidak gagal, kita hanya telah selesai melakukan perjalanan, dan kita sudah tiba di ujungnya. Setelah ini kita melanjutkan perjalanan masing masing kearah yang berbeda" ucap lirih si wanita.
Seperti itulah mereka menghibur diri di saat-saat terakhir. Sebuah selebrasi kecil yang ikonik. Si lelaki menatap sayu mata wanita itu. Mata yang dahulu memantulkan masa depannya, tapi kini seperti lautan luas yang menengelamkan seluruh harapannya.
Tiba tiba cinta begitu buram, setelah sebelumnya, sangat tajam seperti kilatan pedang.
Kini segalanya menjelma menjadi sebuah irama. Hal hal kecil menjadi terlalu penting dan memancing ikan-ikan kesedihan. Cinta terkadang memang tak direncanakan, tapi ketika segalanya bersemi, artinya ada yang diperjuangkan. Maka akan ada pengorbanan yang berujung pada kegagalan dan keberhasilan.
----
Karangploso 1 Desember 2016
Â