Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rina Gadis Berjilbab

12 Maret 2018   18:23 Diperbarui: 12 Maret 2018   18:35 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pixabay)

Siang hari kumelangkah gontai menuju rumahku datang dari hotel mini omku, guru Nas panggilannya, om dari pihak ibu. Dari arah barat aku melihat seorang gadis menawan hati jalan kaki pula, rambutnya bergelombang ditiup angin berdesir. Ia berpakaian putih membawa buku bersampul warna biru.

"Haa.. ! Kok ada kamu disini?" Tanyaku kaget. Aku merasa pernah bertemu dengannya tetapi lupa siapa namanya.

"Iya, aku kesini mau mencari seseorang."

"Mencari siapa?"

Ia tak menjawab pertanyaanku. Gadis itu hanya tersenyum manis memandangku seakan menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya.

"Ngomong-ngomong, apa kabar, diajeng?"

Braak!

Belum sempat menjawab pertanyaanku, gadis itu diseruduk motor hingga terpental ke seberang jalan. Aku mencarinya, namun aku tak melihatnya. Dia menghilang begitu saja, begitu pula yang menabraknya menghilang secara gaib. Tiba-tiba suasana berubah, seperti berganti hari. Di timur rumah kumelihat Sang Ayu Widya Pujayanti sedang duduk berpangku tangan, metatak jagut, di bawah pohon yang rindang. 

Aku melihatnya sedang bermuram durja, seakan-akan ia sedang menderita kesedihan. Lalu aku mendekatinya, "Wi, kamu kok sedih begitu?" Tanyaku sendu, seolah aku merasakan derita batin Sang Ayu, gadis yang aku cintai dulu. Ada rasa rindu membuncah dalam kalbu. Dadaku terasa sesak. Ingin rasanya menangis melihat  dia sedih seperti itu. Kesedihan itu hingga terasa saat sadar dari mimpi.

"Kok aku mimpi seperti itu ya?" Muncul rasa penasaran dengan mimpiku ini. Siapakah gadis yang tertabrak itu, kenapa aku memanggilnya diajeng? Seperti panggilan wanita Jawa. Aku hanya mengerti episod kedua dari mimpiku, mungkin mimpi itu menggambarkan nestapa Sang Ayu Widya Pujayanti, gadis yang pernah mengabaikan cintaku bertahun-tahun. Seolah-olah hal itu benar terjadi di dunia nyata. Tetapi kenapa ia bersedih?

Kehadiranya dalam mimpi membuatku teringat kembali masa-masa kelam ketika berjuang mengejar cintanya. Aku terbawa perasaan oleh mimpi itu. Lalu bergelora rasa rindu padanya, merindukan kehadirannya. Rasanya air mata bergerak menepi bagai riak ombak ke tepian. Entah kenapa sedari dulu dia mampu mengubahku menjadi lelaki perasa. Seakan hanya dia belahan jiwaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun