Mohon tunggu...
merlynda diana
merlynda diana Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswi

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Benar Conformity Peer Group Bisa Mempengaruhi Motivasi Belajar Seorang Mahasiswa?

12 November 2019   09:33 Diperbarui: 12 November 2019   09:39 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan menjadi hal yang penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Semakin maju zaman, harus semakin maju pula suatu bangsa tersebut. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat (1) yang isinya adalah "Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pengajaran (pendidikan)". Pendidikan, merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia di negara ini , karena dengan adanya pendidikan dapat merubah aspek-aspek pada tiap diri individu dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan, ada hal-hal yang bisa  mempengaruhi hasil dari proses belajar tersebut misalnya seperti motivasi belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudrajat (2008), Motivasi merupakan kekuatan atau energy seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Menurut Lewin (dalam Arko, 2007), motivasi belajar mahasiswa dapat dikatakan sebagai fungsi dari factor yang ada dalam dirinya sendiri (instrinsik) dan factor-faktor yang ada di luar dirinya atau di dalam lingkungan belajarnya (ekstrinsik).

Faktor yang berada di dalam diri individu tersebut adalah minatnya terhadap bidang ilmu yang dipelajarinya, orientasinya saat mengikuti pendidikan tinggi, dan antusiasme saat berjalannya pembelajaran tersebut. Sedangkan factor yang berada di luar individu tersebut adalah lingkungan belajarnya seperti, kualitas dosen, suasana kelas, teman di kelas, dsb.

Setiap individu pasti membutuhkan orang-orang di sekitarnya, yang tidak jarang adanya  konformitas individu di dalam lingkungan tersebut. Konformitas sendiri merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari tekanan-tekanan suatu kelompok. Konformitas tersebut akan muncul ketika individu mengikuti tingkah laku dari orang lain di sekitarnya dikarenakan oleh tekanan dari orang lain baik yang nyata maupun yang dibayangkan. (Santrock, 2003). Individu tersebut akan mengikuti apa yang orang-orang di sekitarnya lakukan juga, individu akan cenderung mengikuti apa yang kebanyakan orang lakukan.

Menurut Kartono dan Gulo (2000), konformitas adalah kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok. Dengan rata-rata usia mahasiswa yang memasuki usia remaja ke dewasa awal, mereka akan cenderung mengikuti apa yang teman sebayanya biasa lakukan. Seperti menurut Santrock (2008), Konformitas dengan tekanan teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat negative atau positif. Dan pada usia remaja menuju dewasa awal ini juga individu akan berusaha masuk dalam kelompok dengan menyesuaikan diri mereka dengan kelompok tersebut.

Horton & Hunt (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan keinginan kelompoknya. Konformitas seseorang terjadi dalam beberapa kondisi tertentu, Myers (2012) menyatakan bahwa ada beberapa situasi yang dapat memunculkan konformitas tersebut, yang antara lain adalah berikut ini: (a) ukuran kelompok, (b) kesatuan atau keseragaman suara, (c) kohesi atau yang disebut sebagai perasaan "kita", yaitu tingkat dimana anggota dari suatu kelompok terikat satu dengan yang lainnya, (d) status, (e) respon masyarakat, (f) komitmen sebelumnya.

Menurut Taylor dkk (2009), seseorang melakukan konformitas dikarenakan beberapa alasan, yaitu: (a) pengaruh informasi atau keinginan untuk menjadi benar, (b) pengaruh normative atau keinginan agar disukai. Mahasiswa adalah transisi dari masa remaja ke dewasa awal yang ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada tahap perkembangan dewasa awal pada mahasiswa dapat dikatakan bahwa hubungan mereka dalam pertemanan teman sebaya dengan populasi yang cukup banyak dan dari beberapa individu yang dikenalinya akan  membentuk suatu kelompok teman sebaya (conformity peer group).

Hal-hal positif bisa didapatkan dengan adanya conformity peer group tersebut, seperti saling memotivasi dalam meraih prestasi atau tujuan yang diharapkan, tolong menolong dengan sesama, bergabung dalam suatu organisasi yang akan membantu pengembangan dirinya dan lain-lain. Hal-hal negative juga bisa didapatkan dari conformity peer group ini, seperti copy-paste tugas tugas yang diberikan oleh dosen tanpa tahu dan paham tentang materi yang ada di dalam tugas tersebut. Jika conformity peer group yang mereka miliki saat ini bersifat positif, maka mahasiswa tersebut termasuk di dalam pergaulan yang baik, yang tentunya akan bersifat membangun mahasiswa itu pula.

Daftar Pustaka
Khoirunnisa, Ismi. 2015. Hubungan Conformity Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Bina Nusantara. Psikologi. Universitas Bina Nusantara
Syahfitri, Nadya. 2018. Hubungan Konformitas Dengan Motivasi Belajar Siswa di SMA Nusantara Lubuk Pakam. Psikologi. Fakultas Psikologi. Universitas Medan Area
Nurfadiah, Ria. 2017. Konformitas Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Komunitas Pecinta Korea di Pekanbaru. Psikoislamedia Jurnal Psikologi. Vol 2:214

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun