Mohon tunggu...
Merita Dewi
Merita Dewi Mohon Tunggu... Penulis Amatiran

Tak perlu terlalu terang, cukup terus menyala dan tak kunjung padam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Pengalaman Saat Melamar Pekerjaan sebagai Guru

14 Mei 2025   08:08 Diperbarui: 14 Mei 2025   01:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi/Merita Dewi

Seantero penduduk negeri sudah barang tentu tahu bahwa upah atau penghasilan seorang guru tidaklah besar, terlebih guru yang bukan berstatus ASN entah itu PNS, PPPK penuh waktu paruh waktu atau apalah itu namanya.

Maka ada anekdot yang menyatakan jika ingin menjadi orang kaya raya jangan sekali-kali memilih profesi sebagai guru, tetapi jadilah pengusaha. 

Pun jika tidak benar-benar niat yang datang dari palung hati terdalam, lebih baik tidak usah menjadi guru.

Dari berbagai kecanggihan teknologi saat ini kita bisa dengan mudahnya tahu bahwa di sana masih di negeri tercinta Indonesia banyak guru yang beban mengajarnya luar biasa ditambah lagi dengan berbagai pekerjaan administrasi di luar mengajar tetapi gajinya tidaklah seberapa. Memang benarlah mereka ini pahlawan tanpa tanda jasa.

Kendati gajinya yang sering bercanda dengan pekerjaannya yang seabrek, prosedur yang dilalui orang-orang yang melamar sebagai guru itu ternyata begitu kompleks, banyak ribet juga pengorbanannya. 

Tidak melulu hanya dengan mengirimkan lamaran, interview lalu keterima mengajar, nyatanya lebih dari itu.

Barangkali syarat dan ketentuan yang ditetapkan untuk merekrut guru tiap-tiap sekolah memang berbeda, saya seorang lulusan sarjana keguruan dan ilmu pendidikan pernah beberapa kali melamar profesi sebagai guru dan saya akui prosesnya tidak ada yang mulus seperti jalan tol yang bebas dari hambatan.

Pertama-tama tentu saja mengirimkan lamaran yang disertai dengan berkas-berkas pendukung pada umumnya seperti daftar riwayat hidup, ijazah terakhir, transkip nilai, juga pas foto. 

Banyak sekolah yang saat ini memudahkan untuk mengirimkan lamaran tersebut melalui surat elektronik alias e-mail dalam bentuk softfile. 

Lumayan tidak perlu repot-repot mencetak semua berkas tersebut dan mengemasnya menggunakan map.

Selepas mengirimkan lamaran tersebut, barulah ajang kompetisi dimulai. Saya melalui setidaknya ada enam tes di sekolah yang bersangkutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun