Mohon tunggu...
suarapuan_uty
suarapuan_uty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi saya memilih menjadi manusia merdeka #hidup perempuan yang melawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kabar Pekerja Perempuan?

8 Maret 2023   15:49 Diperbarui: 8 Maret 2023   16:36 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adanya International Women Days menjadi momentum yang tepat untuk tetap melawan lupa terhadap sepanjang sejarah yang terekam bahwa kebebasan bagi perempuan tidak sepenuhnya ada, pemikiran kolot dan patriarkisme yang sangat kental menjadi satu-satunya hambatan bagi perempuan untuk merdeka atas hidupnya.

Selayang pandang, mencoba menelik mengapa terjadi kesenjangan gaji bagi perempuan dan mengapa kebebasan perempuan dalam pekerjaan selalu dibatasi oleh pembuat kebijakan yang seolah-olah sedang menunjukan hegemoninya atas gender, jawabannya adalah karena kerja dibedakan secara gender, perempuan di gaji lebih rendah daripada laki-laki sebab perempuan bukan dilihat sebagai pencari nafkah. Oleh karena itu perempuan diberikan pekerjaan-pekerjaan domestik yang bergaji rendah, seperti Perawat dan Pekerja Rumah Tangga. Contoh nyata dari kasus tersebut, mari kita lihat nasib Kuswati, seorang perempuan pekerja rumahan dari Purbalingga. Kabupaten Purbalingga dikenal dengan industri bulu mata yang produknya tersohor hingga ke mancanegara hingga produknya digunakan oleh penyayi terkenal seperti Katty Perry. Kuswati dibayar kira-kira Rp. 13.000 per hari dan beliau bekerja dari rumah karena dirinya penyandang disabilitas. Pemilik perusahaan menganggap mempekerjakan perempuan difabel adalah sebuah Empowerment tanpa melihat kenyataan bahwa uang Rp. 13.000 per hari tidak cukup untuk bertahan hidup.

Hal tersebut melahirkan konsep Empowerment yang memiskinkan. Perempuan pekerja memiliki dua hambatan untuk mendapatkan kesejahteraan, yakni karena adanya kapitalisme dan patriarki. Kapitalisme menginginkan tenaga kerja yang murah supaya ongkos produksi menjadi lebih murah, sedangkan Patriarki menindas perempuan dengan banyaknya pabrik atau perusahaan yang mempekerjakan perempuan daripada laki-laki. 

Ini JELAS BUKAN EMPOWERMENT.

 Mempekerjakan perempuan dengan upah rendah dan tidak membebaskan perempuan, justru menambah beban kehidupan mereka.


Feminisme memperjuangkan agar perempuan tidak hanya bekerja di ruang domestik, tetapi bukan berarti mengecilkan peran perempuan yang MEMILIH kerja domestik. Yang perlu ditentang bukan pekerjaan domestiknya, tapi DOMESTIFIKASI PERAN PEREMPUAN yang membuat perempuan tidak bisa memilih pekerjaan lain.

Penulis ingin mengajak tuan dan puan semuanya untuk menyuarakan pengkerdilan kebebasan atas perempuan yang dilakukan atas nama negara. Kalau negara sedang baik-baik saja,kenapa kita perlu takut berbuat benar? Kenapa kita perlu takut memiliki apalagi menyatakan pendapat yang berbeda? Bahkan mungkin bagi sebagian orang menggunakan kata "negara" dalam berpendapat saja butuh direnungkan bulat-bulat ketika tak ada pengganti kata lain.

 Tetapi perlu di ingat, bahwa kemerdekaan pun bukan hadiah yang jatuh dari langit begitu saja, tetapi kemerdekaan sejati adalah sesuatu yang harus kita rampas dengan berani. Yang tidak boleh tidak. Gunakan kemerdekaan itu dengan bijaksana.

#hidup perempuan yang melawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun