Mohon tunggu...
Fransiskus Batlayeri
Fransiskus Batlayeri Mohon Tunggu... Lainnya - Batlayeri.jr

Seorang perantau yang lahir dan besar di mabilabol, komplek kecil di Tengah kota Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arti Janji (Sebuah Refleksi)

28 Juli 2020   19:01 Diperbarui: 28 Juli 2020   18:56 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: facebook/Vivi Lyh

Oleh : sdr. Berto Namsa,  OFM

Janji pertama-tama adalah persetujuan terhadap sebuah keadaan yang dijadikan cita-cita untuk masa mendatang. Janji tidak akan ada tanpa harapan akan masa depan. Seorang suami berjanji kepada istrinya untuk mencintainya seumur hidup, karena ada cita-cita yang merasukinya, bahwa apa yang dialami sekarang akan juga menjadi apa yang terjadi besok dan lusa. 

Itu berarti janji, menjadikan masa kini sebagai model untuk masa depan. Yang ada kini meyakinkan saya sebagai yang membahagiakan, karena itu dia mesti juga menjadi pengalaman kita bersama nanti. Kalau demikian, janji mengandaikan sebuah pengalaman intensif akan masa sekarang. 

Dalam janji suami- istri sebuah masa sekarang yang dialami sebagai yang membahagiakan dikehendaki pula untuk masa mendatang. Namun sudah termasuk dalam janji ini kesadaran dan juga tekad, bahwa masa mendatang tidak hanya merupakan pengulanagan masa kini. 

Di dalam janji untuk masa depan sudah pengandaian, bahwa akan datang situasi yang berbeda, akan kondisi yang lain yang menentukan kita. Tetapi dalam di kondisi yang lain dan berubah itu kita hendak mempertahankan sesuatu yang sudah kita kenal, sebagai sebuah pegangan, yakni bahwa kita berdua tetap bersatu. Kebersamaan inilah yang menjadi seutas benang merah yang kita miliki, sebuah pegangan kita dalam menghadapi berbagai perubahan.

Namun bahwa kita akan tetap bersatu, itu baru sebuah janji, baru sebuah tekad untuk masa depan, dia belum terwujud, belum beruapa kenyataan untuk masa depan itu. 

Janji selalu membuka masa depan yang hendak diberikan nilai dan bentuk tertentu, namun baru yang akan terwujud bersamaan dengan tibanya masa depan itu. 

Kalau demikian, janji hendak memberikan sebuah arah kepada masa depan yang tidak pasti itu, sekaligus memberikan masa kini yang tengah dialami sebuah masa depan yang belum pasti.  Janji tidak merasa sudah puas dengan kekinian, tetapi hendaknya memperpanjang situasi kekinian kepada masa depan, yang sudah selalu mengandung dalam dirinya ketidakpastian. 

Dan sekaligus janji merupakan cara untuk memberikan bentuk tertentu terhadap kemungkinan tak bertepi dari masa depan. Janji menunjukan niat orang untuk tidak menyerahkan seluruhnya kepada penentuan nasib, artinya penentuan orang lain.

Janji terentang antara masa kini dan masa depan, antara saat pemberian dan pemenuhannya. Janji terbentang antara kepastian masa kini dan ketidakpastian masa depan, dia memberikan masa kini sebuah mada depan, membuka kekinian dari ketertengelaman di dalam diri untuk sebuah masa depan. Orang yang membuat janji adalah orang yang tidak hanya hidup untuk hari ini. 

Namun, untuk dapat membuat janji, orangpun harus mengalami masa kini secara sungguh-sungguh. Sebuah penglaman negatif akan mendorong orang untuk mengubahnya, sementara di sini lain, pengalaman positif mendorong orang untuk tetap membawahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun