Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengeksploitasi Hantu (Setan)

25 Mei 2022   12:48 Diperbarui: 30 Mei 2022   08:59 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wallpaperaccess.com/creepy-ghost

Hantu , sosok yang oleh sebahagian orang merupakan makhluk yang 'special'. Disebabkan sosoknya misterius namun menjadi umum karena selalu di'gosip'kan. Maka kian terkenallah Hantu itu. Makhluk ciptaan Allah selain manusia. Berbagai karakter disematkan padanya. Menjadi imajinasi dan inspirasi manusia. Entah mengapa, hadirnya membuat manusia harus takut padahal sesama makhluk ciptaanNYA meski wujud dan proses penciptaan yang tak sama. Sosok pengabur aqidah ketika dianggap sebagai hal yang membawa manfaat dan perantara. 

Berkembanglah cerita atau kisah sepanjang masa, melegenda. Maka hadilah sosok Antromorfis yang tak lekang oleh waktu seperti Kuntilanak, Pocong, Genderuwo, Tuyul dan kawan-kawannya.  Kecenderungan untuk terus mengabadikannya dari tahun ke tahun eksis diantara mereka yang memang menggeluti dunia paranormal, klenik hingga menjadi pengabdinya. Lebih trend dengan nama pengabdi setan. 

Berkembangnya teknologi dan pesatnya peradaban modern tidak menyurutkan mereka untuk bermain dan berteman hantu. Efeknya pun terasa. Mereka yang keranjingan dengan kisah hantu, merasa terhantu.seperti pada anak-anak. Terkadang orang-orang dewasa menggunakannya untuk menakut-nakuti anak-anak agar patuh padanya. Seperti " Ya, awas ada Hantu". Akhirnya sang anak pun takut. Ini terjadi secara umum dibelahan bumi pada kehidupan manusia. hmm , sungguh. Tak mendidik. Orang Makassar bilang "Mainmi seng, Film setan-setanka". (main lagi film horor).

Hantu menjadi trending topik. Dan viral hingga para kreator menuangkannya ke dalam tulisan, gambar dan film. Maka tereksploitasilah hantu yang biasanya di'komersil'kan untuk tujuan-tujuan khsusus seperti santet, pesugihan,pelet, bahkan dianggap Tuhan. Namun kini mereka pun menjadi ditokohkan sebagai pengisah dalam banyak cerita. Maraknya kisah Hantu dalam kancah industri memberi sinyal tentang betapa masyarakat masih terimage akan hantu sebagai sosok antagonis yang mengerikan dan protagonis bagi pengabdinya. 

Hiburan 'menyeramkan' dinikmati sambil mengunyah cemilan dengan jantung berdebar. Kecenderungan memilih hiburan yang ringan dan mendebarkan daripada memberatkan pikiran mereka ditengah kondisi politik dan beratnya beban hidup. Entahlah mereka menganggapnya sebagai hiburan semata yang tidak mempengaruh psikologis mereka. Atau untuk memenuhi hasrat lain dari sisi kemanusiaannya yaitu ber'empati' atas rasa seram yang pernah mereka dengar dari orang - orang yang pernah merasakannya.  Ini terbukti secara signifikan ketika tiket nonton offline dan online terbooking dengan nilai fantastik. Pundi-pundi uang mengalir deras atas eksploitas Hantu. Adakah royalti yang didapatkan oleh hantu?. Pertanyaan konyol namun patut untuk di renungkan.

Sesungguhnya bila dicermati sang Hantulah yang menang banyak. Mengapa? Manusia terbius dan terperangkat dalam idea yang tak mereka sadari telah mengotori keyakinan yang dianutnya.  Sanggahan selalu datang, "Ah, kamu ini serius amat, itu kan cuma film, jangan di anggap kenyataan". Sanggahan telak. Namun sekali lagi hantulah yang menang. Mengapa? Karena mampu membuat manusia berdebat kusir dan saling bertengkar atasnya. Tanpa disadari diluar sana, manusia pun berkamuflase menjadi hantu. Sapaan akrabnya setan berwujud manusia. Maka tertawalah atau bisa jadi hantu pun terharu. Genderang perang bertabuh antara kebenaran melawan hantu original plus hantu berwujud manusia. Kekuasaan, politik, ekonomi, kehidupan sosial merupakan  jalan-jalannya para setan merebut pasar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun