Data is data, without data is data. Data adalah data, tanpa data adalah data. Ungkapan atau tepatnya sebuah wejangan lama yang sering diperdengarkan pada saat kami menempuh kuliah, dan bahkan perihal data ini menjadi salah satu matakuliah yakni Metode Pengumpulan Data.
Kini wejangan itu lambat laun berangsur-angsur mulai sayup. Seiring aktifitas hidup setelah meninggalkan bangku kuliah. Namun wejangan itu terus diturunkan kepada generasi selanjutnya. Mengenangnya, membawa kami kepada romatisme “petualangan Ilmiah” . baik itu dibangku kuliah maupun di alam bebas melintasi gunung,lembah,gua serta jelajah susur sungai dan pantai (maritime).
Demi untuk mendapatkan sebuah data yang akan di ‘paksa’ untuk bercerita sebagai reka ulang proses sejarah manusia masa lampau. Namun terkadang data yang didapatkan tidak sama persis dari sumber literasi yang dijadikan ajuan dan bahkan tidak ada data sama sekali. Meski demikian tetap dianggap sebagai data. Mengapa demikian?, Panjang ceritanya dan begitu runut disampaikan satu persatu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
memori tentang data kembali menyeruak tak kala peristiwa demi peristiwa menyapa hidup dan mengajak kita untuk bersahabat dengannya. Persahabatan kita dengan data begitu signifikan dan terlihat nyata dihadapan manusia tak kala data itu mengalami distorsi. Distorsi dari arti nilai kebenaran dari sebuah data.
Data valid yang sejatinya menjadi mahkota dari sebuah pembuktian ilmiah terbantahkan dengan adanya tangan-tangan yang mencoba untuk menjadikan data valid itu menjadi data bisu. Dan akhirnya lahirlah data imitasi yang dijadikan sebagai alat legitimasi kekuasan. Silahkan menerka atau lebih tepatnya menganalisa karena kata menerka bisa melukai sang data. kenyataan pahit yang dipertontonkan,, sungguh miris. Tangan dan pikiran ini terjeda untuk mencari diksi yang tepat untuk menuliskan kelanjutannya. Tugas andalah sebagai pembaca tulisan ini untuk mencari tahu, apa yang pernah terjadi
Data is data, without data is data. Warga dunia dan juga khususnya rakyat Indonesia, pada era ini turut merassakan bagaimana wabah yang menelan banyak jiwa. Wabah #covid19. Wabah yang kian hari ke hari menjadi tajuk berita utama yang disuguhkan ibarat hidangan. Ya, kali ini tangan dan pikiran ingin berlomba untuk menuliskan kelanjutannya.
Apakah itu data!. data tentang covid 19. Dengan waktu yang telah ditentukan, selalu terlihat tampil membacakan data tentang data terkini dari wabah yang sedang melanda. Jumlahnya begitu fantastis dan disampaikan dengan statistic yang diambil dari data yang dikumpulkan berbagai daerah. Matapun selalu tertuju kepadanya. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu mengamati data.
Manusia harus jujur pada diri sendiri. Bahwa data adalah bahagian dari hidupnya. Karena tanpanya jalan gelap dan sandungan akan selalu berdampingan mennyertai hidupnya. Data merupakan bagian dari rujukan atau pedoman. Seperti halnya umat islam data yang harus melekat dijiwanya adalah Alqur’an dan sunnah sebagai jalan hidup yang wajib ditempuh.
Selain data wabah covid 19, rakyat Indonesia juga dipersatukan oleh ‘data penting’ tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang diatur dalam falsafah Pancasila. Kegerahan rakyat muncul pada saat data penting yang ingin di musnah oleh segelintir manusia yang kehilangan akal sehat dan pastinya tidak menjiwai pancasila.
Neokomunis ingin mencoba membuat dan mengukuhkan data palsu. Namun rakyat Indonesia adalah rakyat yang senantiasa membaca data lama tentang betapa kejinya mereka. Dan tentunya sebagai rakyat Indonesia, tidak ingin itu terulang kermbali. Hanya rakyat yang masa bodohlah yang kepeduliannya kurang.